Friday, June 3, 2016
Deskripsi & Tokoh-tokoh Wayang Golek
Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek
diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi
sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama
ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an. Dalam
pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukkan adalah lakon
carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukkan lakon galur. Hal ini seakan
menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan
menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U.
Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Asep Sunandar Sunarya, Cecep
Supriadi dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai
berikut; 1) Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit,
murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara; 2) Babak unjal, paseban, dan
bebegalan; 3) Nagara sejen; 4) Patepah; 5) Perang gagal; 6) Panakawan/goro-goro;
7) Perang kembang; 8) Perang raket; dan 9) Tutug.
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah
ngaruat, yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang
diruwat (sukerta), antara lain: 1) Wunggal (anak tunggal); 2) Nanggung Bugang
(seorang adik yang kakaknya meninggal dunia); 3) Suramba (empat orang putra);
4) Surambi (empat orang putri); 5) Pandawa (lima putra); 6) Pandawi (lima
putri); 7) Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri); 8) Samudra
hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni
pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun
material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat
misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka
khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diiringi dengan pertunjukan
wayang golek. (Ganjar Kurnia, 2003, Deskripsi Kesenian Jawa Barat.)
Anoman memiliki beberapa ajian:
- Aji Pancasona, kekuatan menerima bacokan
musuh.
- Bayu Bajra, pukulan dengan tenaga ratusan
kali sehingga bisa menjepit gunung sonara-sonara untuk menjepit tubuh dasamuka.
- Pancanaka, kuku ibu jarinya yang bisa
digunakan sebagai senjata pembunuh yang hebat. Bayu Rota, kekuatan atau
kecepatan secepat angin.
- Sirna Bobot, aji untuk meringankan tubuh saat
terbang atau pun loncat.
5. Bambang Sumantri
9. Batara Rama
Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di
tengah kisah. Selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara
yang jadi majikannya. Cepot digunakan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan
bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan
sindiran yang tentu saja disampaikan sambil guyon.
Sastrajingga merupakan tokoh panakawan putra Semar
Badranaya. Sastra adalah tulisan. Jingga adalah merah. Si Cepot adalah gambaran
tokoh wayang yang mempunyai kelakuan buruk ibarat seorang siswa yang mempunyai
rapot merah. Namun demikian ia sangat setia mengikuti Semar kemana saja dia
pergi. Kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang golek sangat dinanti-nanti
karena kekocakannya. Asep Sunandar Sunarya menjadikan si Cepot sebagai
kokojo/tokoh unggulan pada setiap pagelaran. Bahkan tanda tangan Asep Sunandar
ditulis atas nama Cepot.
Denawa calangap maksudnya wayang ini mulutnya bisa menganga.
Biasanya oleh para dalang digunakan sebagai sebuah karakter yang hanya bisa mengucap
vokal "A" saja. Contoh: "saya akan ka jakarta jalan pajajaran
lantas tabrakan sama randa."
Gatot kaca sendiri memiliki banyak nama pemberian
dewa. Namun yang dipakai adalah nama Gatotkaca, nama pemberian dari Batara Guru
saat di sawarga maniloka. Saat umur 3 tahun, Jabang Tutuka diutus Batara Guru
untuk melawan Naga Percona. Tapi sayang, Tutuka mati di tangan Naga Percona
setelah ia menendang mata Naga Percona hingga buta sebelah matanya. Untuk itu
Batara Guru memerintahkan Batara Narada dan Batara Bayu untuk memasukan jasad
Tutuka ke kawah Candradimuka. Tutuka dicetak ulang berganti wujud menjadi
Gatotkaca.
21. Semar Badranaya
Semar berkulit hitam, (seperti buah manggis /
manggu yang telah hitam berarti telah matang) melambangkan telah dewasa atau
matang baik dalam mental dan pemikiran. Berwajah putih. Wajah adalah cerminan
dari hati. Semar berhati putih, suci, bersih. Berkantong kosong. Semar kosong
atau bersih dari sifat sirik pidik jail kaniaya iren panastren dudumpak
rurumpak ngupat sumuat ujug riya takabur nyaci maki siksik belik teu kaopan teu
payaan bedegong buntangul buraong kedul dan lain sebagainya. Intinya kosong
dari sifat-sifat buruk manusia.
Mempunyai bentuk unik. Disebut pria tapi berbuah
dada dan berbokong besar. Disebut wanita tapi berjakun. Disebut masih anak-anak
atau muda tetapi berkulit keriput. Disebut berdiri tapi duduk disebut duduk
tetapi terlihat berdiri. Disebut sudah tua tetapi berkuncung di kepalanya.
Bermakna setiap manusia baik pria, wanita, orang tua atau anak-anak muda
seharusnya berhati bersih, suci seperti putihnya wajah semar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Jaman baheula aya budak awéwé ngaranna Nyi Antéh. Karunya budak téh pahatu. Geus teu boga indung da geus maot katarajang malaria teu ka...
-
Pada suatu zaman, tersebutlah sebuah taman indah nan damai yaitu “Taman Sorga Loka”. Ditempat tersebut berdiam seseorang yang bernama “S...
-
Sajak Budak Angon Ku Toni Lesmana Di pangangonan Kuring Jadi taneuh nu diseuseup jukut Jadi jukut nu diremus domba Jadi d...
No comments:
Post a Comment