Thursday, November 14, 2019

Tutorial menterjemahkan artikel ke dalam Bahasa Sunda

Pernahkah Anda atau anak Anda kesulitan dalam mengarang atau menulis karangan menggunakan bahasa Sunda? Jawabnya bagi orang yang di luar Jawa Barat dan Banten mungkin “tidak pernah”. Karena memang tidak menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupannya, baik di sekolah atau pun di rumah. Tapi bagi orang yang berada di tatar Sunda (daerah Sunda) mungkin ini sangat sering terjadi, terutama daerah di luar priangan. Misalnya daerah Banten. Mengapa? Karena anak-anak sekolah di Banten mempelajari mata pelajaran mulok bahasa Sunda, sementara banyak dari mereka sebenarnya bahasa ibunya adalah Jawa Banten. Sudah barang tentu banyak yang merasakan ini lebih sulit dari bahasa Inggris.

Jangan khawatir, ternyata unik sekali hal yang satu ini. Dengan kecanggihannya jasa internet, translate bahasa Indonesia – Sunda sudah ada di internet. Entah siapa yang membuatnya. Jadi, sekarang Anda tidak usah repot dan mumet-mumet lagi dengan masalah menulis berbahasa Sunda. Karena google/internet tidak hanya menyediakan translate Bahasa Inggris dan Jawa saja, tapi sunda pun sudah ada. Sabar dulu ya, saya tidak akan buru-buru menunjukkan di mana alamatnya, soalnya saya masih kangen ingin cuap-cuap dulu dengan Anda, heheh !

Kalau kebetulan Anda sedang mencari contoh karangan berbahasa Sunda, maka Anda tidak tepat ketemu dengan tulisan ini. Anda bertemu dengan tulisan ini mungkin melalui googling di Google. Wajar kalau Anda agak kesulitan untuk mencarinya, karena sedikit bingung menulis keyword yang tepat di kotak Google, ya kan? Tapi saya yakin Anda sangat beruntung jika Anda melanjutkan membaca tulisan ini. Karena Anda dapat mencari jalan alternatif untuk mengerjakan tulisan berbahasa Sunda tersebut. Maksudnya? Maaf dech, bukan ngajari, ini khusus untuk anak sekolah, gini maksudnya : kamu tulis saja itu karangan atau artikel dan sebagainya ke dalam bahasa Indonesia, lalu copy dan paste-kan ke kotak terjemahan yang sebentar lagi akan saya tunjukkan alamatnya. Setelah teks tersebut dimasukkan ke dalam kotak translate, klik kintun, maka akan ada hasil terjemahannya di bagian bawah. Beres kan? Kalau sudah, tinggal edit seperlunya dan selanjutnya jangan lupa berdiri tirukan gaya Si Dora dan katakan : “hore, hore, berhasil !

Bagaimana, asik kan? Hahaha…kadang-kadang saya ini emang gemblung, wong translate-nya juga belum dilakukan sudah nanya asik segala ! Ya, sudah, kalau belum mencoba, mari kita ikuti lagi pelajaran berikutnya. Maksudnya, apabila Anda sedang malas menulis teks bahasa Indonesianya. Atau Anda sedang diburu waktu dan ingin cepat, maka ambil langkah seribu yang terburuk. Tapi dosanya tanggung sendiri ya..! Heheh….Emang berdosa..?!! Ya, tergantung..! Jika Anda mau menulis karangan/tulisan berbahasa Sunda dan malas melakukannya, itu disebut pemalas. Eh, maksudnya mudah sekali ! Cari saja di google tulisan yang temanya sama dengan tema yang Anda maksud lalu copy paste-kan ke dalam kotak translate tadi. Praktis, kan ?

Baiklah, saya sudah cukup bercengkrama denga Anda dan waktunya menunjukkan alamat situs penterjemah Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Sunda tersebut.

Ini alamatnya klik saja langsung : http://indonesia-sunda terjemahan.id/

Thursday, November 7, 2019

Menterjemahkan Artikel Bahasa Inggris-Sunda

Virtual Worlds are Useful for Children

A research report says that virtual worlds can be important places where children practice what they will do in real life. They are also a powerful and attractive alternative to more passive adventures like watching TV. The research was done with children using the BBC’s Adventure Rock virtual world, aimed at those aged 6-12. It surveyed and interviewed children who were the first to test the game.

The online world is a themed island built for the BBC’s children channel by Belgian game maker Larian. Children explore the world alone but they use message boards to share what they find and what they do in the different creative studios they find around the virtual space.

At times children were explorers and at others, they were social climbers eager to connect with other players. Some were power users looking for more information about how the virtual space really worked. The children could try all kinds of things without having to be afraid of the consequences that would follow if they tried them in the real world. They learned many useful social skills and played around with their identity in ways that would be much more difficult in real life.

According to the study what children liked about virtual worlds was the chance to create content such as music, cartoons, and videos.

The publishers of the report say that virtual worlds can be a powerful, engaging and real interactive alternative to more passive media. They urged creators of virtual spaces for children to get young people involved very early on because they really do have good ideas to add and they are very good critical friends.


Tarjamahan Basa Sunda

Dunya Virtual Mangpaat pikeun Barudak 
Hiji laporan panalungtikan nyatakeun yén dunya maya tiasa janten tempat anu penting dimana barudak ngalaksanakeun naon anu bakal dilakukeun dina kahirupan nyata. Aranjeunna ogé mangrupakeun alternatif anu kuat sareng pikaresepeun pikeun petualangan langkung pasif sapertos ningali TV. Panaliti ieu dilakukeun pikeun murangkalih barudak anu nganggo ruang soca BBC Adventure Rock, anu dimaksud pikeun jalma yuswa 6-12. Éta surveyed sareng ngawawancara barudak anu pangheulana pikeun nguji pertandingan. Dunya online nyaéta pulo bertema anu diwangun pikeun saluran barudak BBC ku produsén Belgian Larian. Barudak ngajelajah dunya nyalira tapi aranjeunna nganggo papan pesen pikeun ngabagikeun naon anu aranjeunna mendakan sareng naon anu aranjeunna lakukeun dina sababaraha studio kreatif anu aranjeunna mendakan di rohangan maya. Sakapeung barudak mangrupikeun penjelajah sareng anu sanés, aranjeunna pendaki sosial anu hoyong ngahubung sareng pamaén sanés. Sababaraha mangrupikeun pangguna anu kuat anu milari seueur inpormasi ngeunaan kumaha rohangan maya leres dianggo. Barudak tiasa nyobian sagala jinis hal tanpa kedah sieun aya akibat anu bakal kajadian upami aranjeunna nyobian di dunya nyata. Aranjeunna diajar seueur kaahlian sosial anu kapake sareng diulinkeun kalayan idéntitasna ku cara anu bakal langkung sesah dina kahirupan nyata.Numutkeun kana panilitian, naon anu dipikaresep ku budak ngeunaan dunia maya mangrupikeun kasempetan pikeun nyiptakeun kontén sapertos musik, kartun sareng pidéo. Publikasi laporkeun yén dunya maya tiasa alternatif interaktif anu kuat, pikaresepeun sareng nyata pikeun média langkung pasif. Aranjeunna ngadesekkeun panyipta ruang maya pikeun barudak kalibet para pamuda pikeun awalna sabab bener-bener gaduh ideu anu hadé pikeun tambihan sareng babaturan kritis anu saé pisan.



https://indonesia-sunda.terjemahan.id/terjemahan7/218886-terjemahan-dunia-virtual-berguna-untuk-anak-anak-sebuah-laporan-penelitian-mengatakan-bahwa-dunia-vi

Wednesday, October 30, 2019

Narjamahkeun Artikel Indonesia-Sunda

Pernahkah Anda atau anak Anda kesulitan dalam mengarang atau menulis karangan menggunakan bahasa Sunda? Jawabnya bagi orang yang di luar Jawa Barat dan Banten mungkin “tidak pernah”. Karena memang tidak menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupannya, baik di sekolah atau pun di rumah. Tapi bagi orang yang berada di tatar Sunda (daerah Sunda) mungkin ini sangat sering terjadi, terutama daerah di luar priangan. Misalnya daerah Banten. Mengapa? Karena anak-anak sekolah di Banten mempelajari mata pelajaran mulok bahasa Sunda, sementara banyak dari mereka sebenarnya bahasa ibunya adalah Jawa Banten. Sudah barang tentu banyak yang merasakan ini lebih sulit dari bahasa Inggris.
Jangan khawatir, ternyata unik sekali hal yang satu ini. Dengan kecanggihannya jasa internet, translate bahasa Indonesia – Sunda sudah ada di internet. Entah siapa yang membuatnya. Jadi, sekarang Anda tidak usah repot dan mumet-mumet lagi dengan masalah menulis berbahasa Sunda. Karena google/internet tidak hanya menyediakan translate Bahasa Inggris dan Jawa saja, tapi sunda pun sudah ada. Sabar dulu ya, saya tidak akan buru-buru menunjukkan di mana alamatnya, soalnya saya masih kangen ingin cuap-cuap dulu dengan Anda, heheh !
Kalau kebetulan Anda sedang mencari contoh karangan berbahasa Sunda, maka Anda tidak tepat ketemu dengan tulisan ini. Anda bertemu dengan tulisan ini mungkin melalui googling di Google. Wajar kalau Anda agak kesulitan untuk mencarinya, karena sedikit bingung menulis keyword yang tepat di kotak Google, ya kan? Tapi saya yakin Anda sangat beruntung jika Anda melanjutkan membaca tulisan ini. Karena Anda dapat mencari jalan alternatif untuk mengerjakan tulisan berbahasa Sunda tersebut. Maksudnya? Maaf dech, bukan ngajari, ini khusus untuk anak sekolah, gini maksudnya : kamu tulis saja itu karangan atau artikel dan sebagainya ke dalam bahasa Indonesia, lalu copy dan paste-kan ke kotak terjemahan yang sebentar lagi akan saya tunjukkan alamatnya. Setelah teks tersebut dimasukkan ke dalam kotak translate, klik kintun, maka akan ada hasil terjemahannya di bagian bawah. Beres kan? Kalau sudah, tinggal edit seperlunya dan selanjutnya jangan lupa berdiri tirukan gaya Si Dora dan katakan : “hore, hore, berhasil !
Bagaimana, asik kan? Hahaha…kadang-kadang saya ini emang gemblung, wong translate-nya juga belum dilakukan sudah nanya asik segala ! Ya, sudah, kalau belum mencoba, mari kita ikuti lagi pelajaran berikutnya. Maksudnya, apabila Anda sedang malas menulis teks bahasa Indonesianya. Atau Anda sedang diburu waktu dan ingin cepat, maka ambil langkah seribu yang terburuk. Tapi dosanya tanggung sendiri ya..! Heheh….Emang berdosa..?!! Ya, tergantung..! Jika Anda mau menulis karangan/tulisan berbahasa Sunda dan malas melakukannya, itu disebut pemalas. Eh, maksudnya mudah sekali ! Cari saja di google tulisan yang temanya sama dengan tema yang Anda maksud lalu copy paste-kan ke dalam kotak translate tadi. Praktis, kan ?
Baiklah, saya sudah cukup bercengkrama denga Anda dan waktunya menunjukkan alamat situs penterjemah Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Sunda tersebut.
Ini alamatnya klik saja langsung : http://indonesia-sunda terjemahan.id/

Thursday, October 3, 2019

Babasan

Babasan dan paribasa sunda, gabungan kata yang sudah baku, sudah sesuai pakem, dibangun dari beberapa kata yang mengandung arti tertentu bukan arti kata perkata namun mengandung arti tertentu.

Bedanya, babasan dan paribasa adalah kalau babasan, ucapan baku yang tersusun biasanya gabungan hanya dua kata saja, misal :

gede hulu ( besar kepala, artinya : sombong, bukan : kepalanya ukurannya besar)
panjang leungeun (panjang tangan artinya suka mencuri, bukan : tangannya panjang ukurannya)
heurin ku letah (sempit lidah artinya berat mengucapkannya)
dll
Sedangkan “paribasa” adalah berupa rangkaian kata baku yang membentuk sebuah kalimat/ ucapan yang biasanya merupakan perlambang lakon kehidupan. Misal : Adat kakurung ku iga, Mihape hayam ka heulang, kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran, cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok, cul dogdog tinggal igel, dll.

Baik babasan maupun paribasa merupakan bahasa pakeman (sudah baku) yang merupakan satu kesatuan, yang artinya akan berubah bila diubah baik susunan maupun pengucapannya. Bilamana ditambah atau dikurangi atau diganti dengan bahasa sunda halus/ sunda lemes, sifat dan artinya jadi berubah dan akan terdengar aneh pula.

Atah anjang = langka silih anjangan
Adigung adiguna = takabur, sombong
Ambek nyedek tanaga midek = napsu gede tapi tanaga euweuh
Anjing ngagogogan kalong = mikahayang nu lain-lain
Adat kakurung ku iga = lampah goreng hese leungitna
Alak paul = jauh pisan
Aki-aki tujuh mulud = geus kolot pisan
Ayem tengtrem = tenang taya kasieun
Asa teu beungeutan = awahing / bakat ku era
Anu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan = mupuas ka nu keur cilaka
Amis budi = hade paroman
Aya jurig tumpak kuda = aya milik nu teu disangka-sangka
Aya jalan komo meuntas = aya kahayang, tambah aya nu ngajak
Awewe dulang tinande = awewe nurutkeun kumaha salaki
Amis daging = babari katerap panyakit
Abong letah teu tulangan = sagala dicaritakeun sanajan pikanyarieun batur
Ari umur tunggang gunung, angen-angen pecah sawed = ari umur geus kolot tapi ari kahayang siga budak ngora
Agul ku payung butut = agul ku turunan
Aya pikir kadua leutik = aya kahayang
Asa ditonjok congcot = ngarasa bungah pisan
Adean ku kuda beureum = ginding ku pakean meunang nginjeum
Birit aseupan = teu daek cicing
Biwir nyiru rombengeun = resep nyaritakeun rusiah atawa kasalahan batur
Bengkung ngariung, bongkok ngaronyok = sauyunan, ngariung babarengan
Beurat birit = hese dititah
Bali geusan ngajadi = lemah cai kalahiran
Balungbang timur = nuduhkeun hate beresih
Bobo sapanon carang sapakan = aya kakurangan
Bilatung ninggang dage = bungah pisan
Batok bulu eusi madu = ninggang lain pitempateunana
Badak cihea = degig
Bonteng ngalawan kadu = nu hengker ngalawan nu bedas
Babalik pikir = insap
Balik pepeh = nu gering teu daek cicing
Balik ka temen = asal banyol jadi pasea
Buntut kasiran = medit
Bodo alewoh = bodo tapi daek tatanya
Bodo kawas kebo = bodo kacida
Beja mah beje = beja ulah waka dipercaya
Bancang pakewuh = pikasusaheun
Budak keur meujeuhna bilatung dulang = keur meujeuhna beuki dahar
Bulu kapaut = kabawa ku batur
Balabar kawat = beja nu sumebar
Beak dengkak = sagala ikhtiar geus diusahakeun tapi can aya hasil
Batan kapok kalah gawok = batan eureun kalah maceuh
Buruk-buruk papan jati = hade goreng dulur sorangan
Cueut ka hareup = tereh maot
Deukeut-deukeut anak taleus = deukeut tapi taya nu nyahoeun
Disakompet daunkeun = disamarutkeun
Dibejer beaskeun = dijentrekeun, dieceskeun
dogdog pangrewong = acara panambah
Dibabuklalaykeun = dibabuk ngenca ngatuhu
Dagang oncom rancatan emas = teu saimbang
Dihin pinasti anyar pinanggih = papasten geus ditangtukeun ku Gusti Alloh
Dug hulu pet nyawa = usaha satekah polah
Elmu ajug = bisa mapatahan batur, ari sorangan teu bisa ngamalkeun
Gantung denge = masih dedengeeun
Ginding kekempis = ginding tapi sakuna kosong
Gede gunung pananggeuhan = boga andelan pedah boga dulur beunghar
Garo mengmengan = taya kasabaran
Galegeh gado = sagala dicaritakeun
Garo singsat = pagawean awewe dina aya ka teu panuju
Gurat batu = pageuh kana janji atawa mawa karep sorangan
Goong saba karia = nonjolkeun maneh sangkan kapake ku dunungan
Goong nabeuh maneh = ngagulkeun diri sorangan
Getas harupateun = gancang napsu
Gindi pikir belang bayah = goreng hate
Hampang birit = daekan kana gawe
Hambur congcot murah bacot = goreng carek tapi berehan
Heuras genggerong = omonganana sugal
Hade gogog hade tagog = jalma sopan
Hutang salaput hulu = hutangna ka ditu ka dieu
Hurung nangtung siang leumpang = nu beunghar pangabogana dipake
Hejo tihang = sok pundah-pindah pagawean
Harigu manukeun = dadana nyohcor ka hareup
Haripeut ku teuteureuyan = gancang kapincut ku pangbibita
Harewos bojong = ngaharewos tapi kadenge ku batur
Handap lanyap = omonganna lemes tapi ngahina
Halodo sataun lantis ku hujan sapoe = kahadean mangtaun-taun leungit ku kagorengan sakali
Heureut pakeun = kurang kaboga
Hampang leungeun = gancang tunggal-teunggeul
Iwak nangtang sujen = ngadeukeutkeun pibahayaeun
Inggis batan maut hinis = paur pisan
Jalma atah warah = teu narima didikan sacukupna
Jati kasilih ku junti = pribumi kaelehkeun ku semah
Jauh-jauh panjang gagang = jauh-jauh teu beubeunangan
Kawas anjing tutung buntut = teu daek cicing
Kawas anjing kadempet lincar = gogorowokan menta tulung
Kawas bueuk meunang mabuk = ngeluk taya tangan pangawasa atawa jempe teu nyarita
Kurung batok = tara indit-inditan jauh
Kawas beusi atah beuleum = beungeutna beureum awahing ambek
Kokolot begog = budak pipilueun ngomong kana urusan kolot
Kawas nu dipupul bayu = leuleus taya tangan pangawasa
Kumaha geletuk batuna, kecebur caina = kumaha behna
Kejot borosot = gancang nyokot kaputusan teu dipikir heula
Kabawa ku sakaba-kaba = kabawa ku nu teu puguh
Kahieuman bangkong = jiga beunghar pedah katitipan barang batur
Katempuhan buntut maung = batur nu boga dosana, urang nu katempuhanna
Kawas cai dina daun taleus = taya tapakna
Kawas jogjog mondok = teu daek repeh

Monday, September 30, 2019

Motivasi Ujian

Ananda semua, mendengar kata “ujian” kadang kala menjadi suatu kata yang tidak menyenangkan bagi sebagian orang. “Ujian, ulangan, tes”, seakan ini menjadi beban dan menjadi suatu yang menyusahkan. Apalagi kalau mendengar akan datang suatu ketika “mid semester atau ujian kenaikan kelas”. Tiba-tiba kita menjadi gentar dan takut!!! Seakan ujian itu menjadi sesuatu yang berat yang menimpa dan menghimpit kita, bahkan menyengsarakan kita.
Kalimat itu Memang benar bagi orang yang tidak mengetahui ilmunya, tidak paham cara menyelesaikan ujian. Akan tetapi berapa banyak orang yang menjadi bahagia dan mulia dengan ujian. Berapa banyak orang yang sangat menikmati ujian. Karena mereka sudah mempersiapkan diri dengan datangnya ujian.

Jadi, selayaknyalah “ujian” bukan lagi kata yang aneh yang harus kita takuti. Karena dengan diuji akan tampak mutu dan kualitas diri kita.
Justru ujian itu penting, Mengapa? Karena ujian itu akan membuat sesuatu menjadi terukur. Kita akan tahu siapa diri kita ketika menghadapi ujian. Kita juga akan tahu kemampuan kita yang sebenarnya ketika diuji. Kualitas suatu barang pun akan diketahui ketika barang tersebut telah diuji. Jadi, bagaimana mungkin kita mengarungi hidup dengan tanpa tahu siapa diri kita? Bagaimana mungkin kita bisa mengubah sesuatu tanpa mengetahui apa yang harus diubah.

Anandaku, ujian itu penting. Kita perlu diuji agar tahu siapakah diri kita yang sesungguhnya. Kemampuan apakah yang sudah kita miliki. Ilmu yang sudah dipelajari hanya akan diketahui setelah melalui ujian. Belajar setiap hari di sekolah, mengerjakan tugas dari guru, lantas kapan diketahui kemampuannya? Yaitu ketika mengikuti tes atau ujian. Setelah itu baru diketahui apakah bisa mengerjakan atau tidak. Jadi, kita tidak bisa hidup dengan membohongi diri dengan merasa tahu, padahal sesungguhnya kita tidak tahu. Kita merasa sudah bisa akan tetapi sebenarnya tidak bisa. Itulah sebabnya di sekolah, di kampus kita pasti menghadapi yang namanya ujian. Boleh jadi soalnya sama namun hasil nilainya berbeda. Ada yang mendapat nilai bagus sehingga ranking ke satu, namun ada pula yang tidak naik kelas.
Dengan soal ujian yang sama ada yang bahagia ada pula yang berlinang air mata. Bagi mereka yang malas belajar pasti gentar menghadapi ujian. Takut tidak bisa mengerjakan soal, takut mendapat nilai jeblok. Akan tetapi tidak demikian orang yang memiliki cita-cita tinggi. Mereka sungguh-sungguh mengikuti pelajaran, begitu gigih belajar dan berlatih tiada mengenal putus asa. Dengan demikian, sebenarnya bukan ujiannya yang menjadi masalah, tetapi bagaimana sikap dan kesiapan kita menghadapi ujian.
Begitupun dalam hidup ini, ujian akan dinikmati bagi orang yang cita-citanya tinggi dan selalu belajar, berlatih setiap hari. Nah, mulai sekarang kita harus mengakrabkan diri kita dengan yang namanya ujian. Agar kita selalu bersemangat untuk belajar dan berlatih menempa diri.

Anandaku, jika ingin bisa menikmati ujian maka salah satu kuncinya harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Bila cita-citanya rendah maka akan gentar menghadapi ujian hidup.

Anandaku, orang paling menikmati ujian adalah orang yang paling mempersiapkan diri. Dia sadar dan mengukur diri bahwa akan datang baginya saat ujian datang. Bersiaplah dengan ilmu.

Oleh karena itu, siapkan dari awal bahwa kita pasti mengalami saat-saat sulit, saat ujian. Ini wajar, tidak aneh dan sudah sering kita menjalani. Setelah persiapan matang kita pun harus melatih diri. Seperti halnya ketika kita ulangan di sekolah, semakin banyak berlatih dengan soal-soal latihan, kita semakin terlatih sehingga tidak gentar menghadapi ujian bahkan ditunggu karena dia yakin setelah ujian dia akan naik kelas. Dalam kehidupan sehari-hari, jadikan kejadian sekecil apa pun sebagai latihan. Saat di jalan raya berlatih, di kantor berlatih, di rumah berlatih, di mana pun kita berada jadikan sebagai sarana latihan. Setiap waktu kita tingkatkan kualitas diri kita agar kapan pun ujian datang kita sudah berusaha mempersiapkannya.

Tips menjaga kewarasan sebagai guru

1. Masuk kelas mulailah dengan salam dan senyuman manis. 😊
2. Kalo lagi ada masalah di rumah, jangan masuk kelas dulu, stabilkan dulu moodnya dgn ngopi2 syantiik atau rumpi2 manja sama rekan kerja. 😜
3. Jangan banyak2 ngasih tugas ke siswa, ntar ribet ngoreksinya. Kasih 3-5 soal aja.
4. Kalo ga sempat ngoreksi tugas/PR siswa, ajak siswa koreksi berjamaah, koreksian kelar, siswa pun senang. 😄 *ga berlaku utk koreksi Ulangan yaa...
5. Kalo ada siswa yang susah diatur, kasus berat macam merokok, ngisep aibon, dll, cukup ditegur 2-3 kali, kalo masih tidak ada perubahan, diamkan saja anggap tidak ada. Jangan lupa catet nama siswanya buat laporan ke wali kelas. Ga usah ribet dgn siswa yg susah diatur, kembalikan ke ortunya karena guru bukan pusat rehabilitasi.
6. Kalo tiba2 dpt telepon mengabarkan anak sakit atau ortu sakit, buruan izin pulang, urusin keluarga dulu, siswa bisa diurus sama guru lain.
7. Kalo anak sakit/opname, izin dulu sampe anak sembuh. Anak adalah tanggung jawab ortu.
8. Bawa makan siang dan cemilan kesukaan buat antisipasi kl jajanan di sekolah ga enak. 😄
9. Kalo tiba-tiba ngantuk berat pas lagi ngajar, buruan cari tempat buat tiduran 10-15 menit aja, kan ga enak kalo gurunya ketiduran di kelas. 😁
10. Tarok buku pelajaran ditempat yang mudah dijangkau. Kalo mendadak ga bisa datang krn alasan penting, titip tugas biar guru piket gampang nyarinya.
11. Bawa wangi2an utk antisipasi bau tak sedap di kelas setelah jam istirahat. 😄 Bolehlah sesekali tambahin bedak & lipstik kalo muka kelihatan kucel dan pucat. 😉
12. Uang sertifikasi jangan dihabiskan sekaligus. Disisihkan sebagian utk dana liburan.
13. Maksimalkan waktu libur sekolah dgn liburan juga bersama keluarga. Siswa libur, guru libur juga.
14. Jangan bawa pekerjaan di sekolah ke rumah. Kapan bikin RPP, soal ulangan dll? Yaa di sekolah, pas lagi senggang.
15. Pake kostum ngajar yang biasa aja, ga usah ribet macam ondel2. Yang penting rapi & bersih.

Guru bahagia, siswa pun bahagia. 😊😊😊

Tuesday, August 6, 2019

Wawacan sunda

Wawacan adalah bentuk karya sastra yang sangat populer pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Sebelum orang Sunda mengenal bentuk penulisan prosa, hampir semua bentuk tulisan disusun dalam bentuk puisi wawacan dan dangding, yang dikarang menggunakan aturan pupuh. Ada sebuah wawacan yang menurut penelitian Dr. Wikipedia

LUTUNG KASARUNG
Kacaturkeun aya hiji nagara,
Nagara Pasir Batang Anu Girang.
Nagara mahmur kerta raharja,
gemah ripah loh jinawi.
Rajana Prabu Ageung Tapa,
praméswarina anu geulis Nitisuari.
Geus lawas mangku kaprabon,
ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara,
kalawan adil tur wijaksana.

Kangjeng Raja kagungan putra tujuh,
putrana téh istri sadayana.
Anu cikal jenenganana Purbararang,
anu kadua Purbaéndah,
anu katilu Purbadéwata.
anu kaopat Purbakancana
anu kalima Purbamanik.
Nu pangais bungsu Purbaleuwih.
Ari bungsuna, Purbasari Ayu Wangi.

Kangjeng Raja geus lawas mangku kaprabon,
aya niat badé lirén tina kalungguhanana,
badé teras ngabagawan nyirnakeun pikir.
Lajeng badanten sareng praméswari,
ngabadantenkeun pigentoseunana,
jadi ratu di Nagara Pasirbatang Anu Girang.
Duanana sapuk milih pigentoseunana,
nyaéta si bungsu Purbasari Ayu Wangi.

Énjingna Kangjeng Raja ngayakeun kempelan.
Patih, paramantri, paraponggawa sami hadir.
Hémpak sadayana pangagung di Paséban Agung.
Rahayat karumpul ngariung di alun-alun.
Pok Kangjeng Raja sasauran, nyarioskeun niatna,
seja masrahkeun kaprabon lajeng ngabagawan.
Ari anu ditunjuk janten gegentosna,
nyaéta putri bungsu Purbasari Ayu Wangi.
Kangjeng Raja teras jengkar ti karaton.

Putrana anu cikal, Purbararang,
kacida ambekna pédah teu kapilih jadi ratu.
Boga rasa kalindih ku Purbasari.
Purbasari dicarékan béak beresih,
tuluy diboboréhan ku kéler nahun,
awak jeung beungeutna jadi lestreng.
Purbasari diusir ti karaton,
disingkurkeun ka Gunung Cupu,
dianteurkeun ku Paman Léngsér,
disina cicing di saung butut sisi lamping.

Kacaritakeun di Kahiyangan,
Guru Minda putra Sunda Ambu,
ngimpi patepung jeung putri geulis,
rupana sasemu jeung Sunan Ambu.
Jorojoy timbul rasa cintana ka éta putri,
kadudut kalbu kapentang asmara.
Waktu riungan di paséban Kahiyangan,
Guru Minda maling-maling neuteup Ibu,
anu sasemu jeung putri dina impianana.

Kalakuan Guru Minda dianggap salah.
Guru Minda dititah indit ti Kahiyangan,
sarta kudu ka Buana Pancatengah.
Di dinya Guru Minda baris patepung
jeung putri anu sasemu jeung Sunan Ambu.
Guru Minda dibéré baju lutung,
anu kudu dipaké di Buana Pancatengah.
Ceuk Sunan Ambu, éta téh mangrupa jalan
sangkan bisa papanggih jeung putri téa.

Guru Minda turun ti Kahiyangan,
nya anjog ka hiji leuweung geledegan,
leuweung anu aya di Buana Pancatengah.
Rap baju lutungna dipaké,
jleg baé minda rupa jadi lutung.
Lutung lain salutung-lutungna,
tapi lutung anu kasarung ku lampahna.
Nya disebut baé Lutung Kasarung.

Urang caturkeun deui Nagara Pasirbatang.
Purbararang anu ayeuna geus jeneng ratu,
gawéna ngan sukan-sukan jeung curak-curak.
Hiji mangsa, Ratu hayang daging lutung.
Tuluy ngajurungan Paman Léngsér,
nitah Aki Panyumpit ngala lutung.
Lutung kudu kabawa pasosoré poé éta,
lamun paménta Ratu teu kacumponan,
Aki Panyumpit baris ditugel jangga,
dihukum pati ku cara diteukteuk beuheung.

Henteu talangké, Paman Léngsér indit,
ngajugjug ka imah Aki Panyumpit.
Kasampak Aki jeung Nini Panyumpit,
keur araya di imahna, teu kamarana-mana.
Barabat atuh Paman Léngsér cacarita,
nyaritakeun pamundut Ratu Purbararang.
Pamundutna mah henteu sabaraha,
ngan teuing ku beurat hukumanana,
mun teu hasil baris ditugel jangga.
Ku Aki Panyumpit disanggupan.

Aki Panyumpit indit ka leuweung,
mawa sumpit jeung paserna,
nyoréndang koja si déngdék poé.
Datang ka leuweung, teuing ku anéh,
henteu manggih sasatoan hiji-hiji acan.
Taya banténg, uncal, atawa mencek,
malah taya landak-landak acan.
Lutung anu biasana patinggurayang,
harita mah teu kadéngé sora-sorana acan.

Aki Panyumpit geus pegat pangharepan,
mangkaning poé geus mimiti reupreupan.
Keur kitu, dina hiji tangkal anu gedé,
aya lutung keur diuk campego dina dahan.
Aki Panyumpit bungahna kaliwat saking.
Terus lutung disumpit, teu beunang.
Disumpit deui sababaraha kali,
lutung bisa pisan nyingcetkeun paserna.
Paser hiji gé taya nu ngagaris-garis acan.

Keur kitu, lutung téh ngomong,
“Oah, Aki Panyumpit, montong nyumpit!
Da kula mah moal kabur ieuh,
arék nurut kana sakahayang Aki!”
Aki Panyumpit kagét kabina-bina,
ngadéngé lutung bisa ngomong.
“Sukur, Utun, hayu atuh geura turun!”
Jrut lutung turun tina tangkal,
tuluy nyampeurkeun ka Aki Panyumpit.

Aki Panyumpit leumpang gagancangan,
sieun teu kaburu mawa lutung ka nagara.
Lutung ngiclik nuturkeun Aki Panyumpit.
Geus aya deui baé kajadian anu anéh.
Sasatoan anu tadi aruweuh, araya deui.
Aki Panyumpit kabéngbat ku moro.
Meunang uncal sapasang jeung mencek.
Diasupkeun kana koja si déngdék poé.
Lat poho kana dawuhan Ratu,
datang ka imah panonpoé geus surup.

Isukna lutung kakara dibawa ka karaton.
Aki Panyumpit sasadu ka Purbararang,
bari nyaritakeun lalakonna meunang lutung.
Aki Panyumpit dihampura ku Purbararang,
henteu tulus dihukum ditugel jangga,
sabab meunang lutung anu kacida gedéna.
Malah sabalikna tina sangkaan,
Aki Panyumpit dibéré rupa-rupa hadiah.
Dibéré kuda dawuk ruyung jeung rarahabna,
sarta dibéré batur lima kuren tamba keueung.

Geus datang kana mangsana dipeuncit,
lutung teuing ku giras, hésé ditéwakna.
Dikepung ku jalma pirang-pirang,
kalah luluncatan ngaruksak paparabotan.
Eusi karaton burak-barik burakrakan.
Lutung henteu jadi dipeuncitna.
Ti dinya Purbararang nitah Paman Léngsér,
nganteurkeun lutung ka Gunung Cupu,
keur pibatureun putri bungsu Purbasari.

Kocap lutung geus aya di Gunung Cupu,
ngabaturan Purbasari anu keur prihatin.
Lutung karunyaeun ningali kaayaan Purbasari.
Awak hideung, papakéan rudin rudag-radig.
Barangdahar sakapanggihna saaya-aya.
Reup peuting, saré dina palupuh sabébék.
Tapi sorotna béda, aya semu Sunan Ambu.
“Boa-boa ieu putri dina impian téh,
keur dipingit ditapakeun,” gerentes lutung.

Reup peuting, lutung mapatkeun sirep.
Lenggut Purbasari katarajang tunduh,
les baé kulem teuing ku tibra.
Lutung ngegédogkeun salira.
Jleg baé ngajanggélék jadi Guru Minda.
Biur ngapung, jog anjog ka Kahiyangan.
Wawartos ka Jeng Ibu Sunan Ambu,
palay misalin putri Purbasari.
Kapalayna ditedunan ku Sunan Ambu.
Biur ngapung, jleg ka urut tadi, jadi deui lutung.

Isuk-isuk Purbasari ngulisik, tuluy hudang.
Kagét liwat saking ningali kaayaan anu béda.
Saré dina katil emas, kasurna tujuh susun.
Kamarna dipapaés emas berlian patinggurilap.
Saung butut robah jadi istana murub mubyar.
Pok Purbasari nyarita ka lutung,
“Utun, urang aya di mana, kasasar ka mendi?”
“Teu ka mana teu ka mendi, ieu mah pisalin lutung,
ladang nyileuk sapeupeuting.”

Purbasari dititah mandi di tampian istana anyar.
Gejebur mandi, diruruan sakujur badan.
Baranyay cahayaan, katémbong deui geulisna.
Réngsé mandi, papakéanana ogé diganti,
ku baju beunang nyadiakeun parabujangga,
anu ditunda dina kandaga emas di balé kancana.
Barang rap, nu geulis wuwuh murub-mubyar.
Geulis kawanti-wanti, éndah kabina-bina.
Lutung ngalingling ngadeuleu maling.
“Geulis temen Putri Purbasari,
geulis tanding widadari, semuna ngala ka Ambu.”

Ibur salelembur, éar sajajagat,
Di lamping Gunung Cupu aya istana agréng,
cahayana ngempur munggah murub mubyar.
Ahirna kaémpér-émpér ka karaton.
Paman Léngsér diutus pikeun muguhkeun,
sanggeus balik deui ka karaton hariweusweus,
bébéja ka Purbararang yén éta téh istana Purbasari.
Purbararang datang bedangna, bijil sirikna.
Nyieun tarékah pikeun nganyenyeri Purbasari.

Purbasari dititah ngabendung walungan,
keur marak lebah Leuwi Baranangsiang.
Éta bendungan kudu anggeus sapeuting,
lamun teu cumpon Purbasari ditugel jangga.
Ngadéngé paréntah kitu, Purbasari bati sedih.
Datang peuting ngan ukur bisa gulang-guling.
Lutung metakeun sirepna, Purbasari saré tibra.
Lutung mujasmédi neneda ka Sunan Ambu,
ménta sangkan Leuwi Baranangsiang dibendung.

Isukna, isuk-isuk pisan sumebar béja,
yén Leuwi Baranangsiang geus dibendung.
Aya anu nepikeun éta béja ka karaton.
Teu kungsi lila ti harita,
Purbararang jeung adi-adina anu lima,
arindit rék marak ka Leuwi Baranangsiang.
Diiring ku méh sakabéh pangeusi karaton.
Ditéma ku pirang-pirang rahayat,
bari marawa pakakas pikeun marak.

Datang ka Leuwi Baranangsiang,
Léngsér nabeuh bendé tanda marak dimitian.
Brus atuh jelema kabéh ancrub ka leuwi.
Anu nyair, anu ngecrik, anu ngobéng ogé aya.
Laukna rupa-rupa jeung teuing ku loba.
Purbararang marak di nu caina linduk,
ngahaja milih tempat anu sakira loba laukan.
Ari Purbasari marak di girangeunana,
marak sorangan teu campur jeung nu lian.

Keur kitu lar aya nonoman kasép ngaliwat.
Ngakukeun ngaran Guriang Kawung Luwuk.
Padahal nu saéstuna éta nonoman téh
Guru Minda anu teu maké baju lutungna.
Purbararang bogoheun ka éta nonoman,
tapi ku Sang Guriang ditolak sapajodogan.
Malah terus nyampeurkeun ka Purbasari,
marak paduduaan bari suka bungah.
Lir nu ngahaja mapanas ka Purbararang.

Purbararang panas haténa liwat saking.
Tuluy nitah Purbasari diperih pati deui,
dititah ngala banténg lilin suku gading.
Mun teu bukti, ditugel jangga hukumanana.
Ngadéngé paménta anu sakitu banggana,
Purbasari ceurik asa diteungteuinganan.
Tapi teu burung indit ka leuweung,
sosoranganan néangan banténg lilin.
Banténg kapanggih ngadangong di sampalan,
Purbasari ngayekyek sieun nénjo banténg.

Keur kitu torojol aki-aki kundang iteuk.
Ngakukeun ngaran Ki Kuwu Heubeul Isuk.
Padahal saenyana Guru Minda anu nyamur.
Purbasari ménta tulung pikeun néwak banténg.
Banténg digupay ku Ki Kuwu Heubeul Isuk.
Banténg nyampeurkeun, brek depa hareupeunana.
Ki Kuwu ménta buuk Purbasari salambar,
terus ditalikeun kana janggot banténg lilin,
dipaké nungtun banténg minangka tambangna.

Banténg lilin ditungtun ku Purbasari,
nurut najan ditungtun ngan ku buuk salambar.
Banténg dibawa ka jero dayeuh nagara.
Jog ka alun-alun, banténg dicangcang di dinya.
Dina tangkal caringin kurung juru alun-alun.
Ti dinya Purbasari asup ka jero karaton,
bébéja ka Purbararang yén paméntana katedunan,
banténg lilin suku gading mata beureum,
ngadungkuk sagedé saung buruk.

Harita kénéh Purbararang indit ka alun-alun.
Barang bréh ningali banténg ngarasa hémeng.
Aya banténg teuing ku alus jeung gedé deuih.
Purbarang nyampeurkeun banténg lilin,
tapi banténg ujug-ujug lumpat ka karaton,
tuluy ngamuk nubrukan sagala barang.
Bereyek paraponggawa ngepung banténg.
Tibatan beunang kalah ka loba nu kaleyek.
Ti dinya banténg kabur asup ka leuweung.

Purbararang beuki ambek baé ka Purbasari.
Tuluy ngajak paalus-alus ngahuma.
Lamun Purbasari éléh, baris dihukum pati.
Purbararang ngahumana di tanah anu subur,
parabotna lengkep jeung binihna loba.
Ari Purbasari dititah ngahuma di tanah angar.
Parabotna ngan saukur kujang buntung,
ditambahan ku boboko buntung sahiji.
Harita kénéh ogé Purbararang ngeprik rayat,
pikeun kerja bakti ngamimitian ngahuma.

Purbasari kalah ka bingung leuwih ti misti.
Rék ngamimitian ngahuma, ti mana mimitina.
Purbasari geus pasrah, narima kana takdir.
Ari batur pakumahana ngan ukur lutung.
Lutung mapatkeun sirep, reup Purbasari saré.
Lutung morosotkeun baju lutungna,
janggélék jadi Guru Minda anu kasép.
Biur ngapung ngajugjug ka Kahiyangan,
ménta pitulung ka Sunan Ambu.
Paméntana ditedunan ku Sunan Ambu.

Isukna, der Purbasari ngamimitian ngahuma,
dibantuan ku parabujangga jeung pohaci.
Tanah anu tadina angar lantaran cadas ngampar,
dadak sakala robah jadi tanah anu léndo.
Binihna binih petingan beunang ti Kahiyangan.
Anu digarawé teuing ku gancang jeung tapis.
Huma anu sakitu legana téh bisa réngsé sapoé.
Paréna morontod sarta teu keuna ku hama.

Barang tepi kana waktuna saémbara,
anu dijadikeun patokanana téh hasilna.
Jaksa anu baris méré pangajén geus sayaga,
kitu deui sakumna rahayat nu rék nyaksian.
Beubeunangan ngahuma Purbararang,
henteu sabaraha lantaran loba nu hapa.
Ari beubeunangan ngahuma Purbasari,
ngahunyud jeung ranggeuyanana baleuneur.
“Purbasari anu unggul!” ceuk Jaksa.
Rayat surat ngageder tandaning panuju.

Éléh ngahuma, Purbararang beuki panasaran.
Terus ngajak pangeunah-ngeunah kaolahan.
Purbararang ngeprik sakabéh juru masak,
der ubyag marasak di dapur karaton.
Jelema pahibut di dapur tangka heurin usik.
Tapi leuwih loba anu rék ngadon ngasaan,
batan anu digawé nyieun kaolahanana.
Ari Purbasari masakna di istanana baé,
dibantuan ku Pohaci Wiru Mananggay.

Datang kana mangsana saémbara,
rupa-rupa kadaharan ngabarak di karaton.
Sawatara urang anu ditunjuk jadi jaksa,
mimiti ngasaan kaolahan beunang Purbararang.
Rupa-rupa koméntarna, tapi kabéh taya nu alus.
Ceuk ieu cawérang, ceuk itu kurang samara.
Ceuk itu kurang uyah, ceuk ieu asin teuing.
Ari kana kaolahan Purbasari, taya nyawad.
“Nagara kawon!” ceuk jaksa ngagorowok.
Rayat surak ambal-ambalan tandaning suka.

Purbararang kalah beuki malik teu suka,
tuluy ngajak paalus-alus samping beunang ninun.
Samping Purbararang beunang ninun taun-taun,
lobana tilu puluh teu kurang teu leuwih.
Samping beunang ninun Purbasari,
ngunung-ngunung lobana sawidak lima.
Jaksa mariksa samping nu disaémbarakeun.
Samping Purbasari leuwih panjang tur kerep.
“Sinjang Purbasari leuwih alus!” ceuk jaksa.
Rayat émprak patarik-tarik tandaning sapuk.

Dasar bedang henteu kapalang,
Purbararang ngajak paalus-alus awak.
Dua putri nangtung di papanggungan,
disaksian ku jaksa jeung sakumna rayat.
Jaksa kolot nyureng bari ngahuleng,
wuwuh bingung nangtukeun piunggulna.
“Geulis sarua geulisna, lenjang sarua lenjangna.
Tapi lamun diawas-awas, diilik-ilik masing telik,
Purbararang awakna rada bongkok méongeun!”
“Hurséééh, Purbasari unggul!” rahayat surak.

Purbararang ambekna lain kaulinan,
terus ngajak pakasép-kasép kabogoh.
Purbararang ngasongkeun kabogohna,
Indra Jaya satria kasép ngalémpéréng konéng.
Ari Purbasari ngan ukur bisa merebey mili.
Salila ieu batur keueungna ngan ukur lutung.
Éta anu ku Purbararang dianggap kabogohna.
Purbasari éléh, sakumna rayat milu nalangsa.
Purbasari geus pasrah rék ditugel jangga.
Logojo geus rék ngaheumbatkeun gobang.

Keur kitu, lutung ngagédogkeun awakna.
Porosot baju lutung ngalumbuk lebah sukuna.
Janggélék jadi Guru Minda ti Kahiyangan.
Kabéh anu nénjo colohok mata simeuteun.
Galécok ngomong jeung padabaturna.
Satria ti mana, lalaki ti mendi?
Kakasépanana teu nyésakeun keur batur!
Guru Minda ngakukeun kabogoh Purbasari,
henteu kudu dijaksaan deui, da kabéh geus tingali,
kasépna ngaleuwihan ka Indra Jaya.

Ra'yat anu keur carolohok gancang sarurak,
“Hurséééh, Purbasari unggul, Purbararang éléh!”
Minangka hadiahna, Purbasari ngadeg raja,
ari Purbararang kudu daék ditugel jangga.
Purbararang ceurik bari nyembah acong-congan.
“Adi, neda hirup,” Purbararang ngageuri.
Rahayat saalun-alun, ngageder patingjorowok.
“Hutang nyeri bayar nyeri, hutang lara bayar lara!”
Tapi, dasar Purbasari gedé hampura welas asih,
Purbararang dihampura, teu tulus dihukum pati.

Kilang kitu, ari dihampura pisan henteu,
sabab pagawéan goréng kudu baé aya wawalesna.
Purbararang dijadikeun purah ninun unggal poé,
Purbaéndah dijadikeun purah ngantéh,
Purbadéwata purah ngarumat seupaheun,
Purbakancana purah ngarumat goah jeung leuit,
Purbamanik ngejejeman urang dapur.
Ari Purbaleuwih, anu sok ngabéla Purbasari,
dikawinkeun ka Ki Bagus Lembu Halang,
nu jadi patih di Pasir Batang Anu Girang.

Di luar karaton, Indra Jaya ngamuk,
bari sosoak nangtang gelut ka Guru Minda.
Guru Minda nangtung, dihalangan ku Ki Patih.
Ki Bagus Lembu Halang maju ka pakalangan,
teu sakara-kara Indra Jaya taluk ku sageprakan.
Indra Jaya ménta hirup, basana rék kumawula.
Indra Jaya dihampura ku Ki Patih,
dijadikeun tukang ngarit jeung ngajaga kuda.
Ayeuna anu ngaheuyeuk Pasirbatang geus merenah,
kaprabon geus kacangking ku nu boga hakna.


from : http://dongeng-uing.blogspot.com/