Di Jawa Barat khususnya
masyarakat Sunda, tutup kepala yang dibuat dari kain dikenal dengan sebutan
iket atau totopong atau udeng, semuanya adalah pelindung kepala yang berfungsi
sebagai kelengkapan berbusana. Di samping itu ada pula dudukuy yaitu tutup kepala
yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti bambu, kayu dan daun yang hanya
berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas dan hujan.
Penamaan atau rupa iket
dikategorikan sesuai zamannya, yaitu iket buhun (kuno) dan iket kiwari
(sekarang). Untuk iket buhun sendiri ada yang berupa bentuk iket yang telah
menjadi warisan secara turun – temurun dari para leluhur, ada pula rupa iket
yang lahir dari kampung adat. Sementara itu, untuk iket kiwari, iket tersebut
merupakan rekaan dari beberapa orang yang memiliki rasa kebanggan terhadap
budaya iket dan kreativitas dari nilai kearifan lokal.
Sampai sekarang
pemakaian iket semakin populer terutama dikalangan remaja dan ini merupakan
sebuah tindakan positif untuk lebih memahami budaya leluhur kita dan siapa jati
diri kita. Hampir di setiap toko galeri kaos dan distro di kota Purwakarta
khususnya banyak yang menjajakan iket – iket Sunda berbagai corak juga biasanya
dijual juga pakaian komplit serta pernak-pernik Sunda seperti kalung kujang,
pin kujang dan lain sebagainya.
Pelopor membudayanya
pakai iket di Purwakarta ini diantaranya kang Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta.
Dalam pandangannya, iket yang selalu digunakan Kang Dedi di kepala. Dinilai
bermakna meleburnya keperibadian urang sunda dengan alamnya. Hal ini karena iket
kepala memiliki filosofi yang dihayati oleh masyarakat sunda yakni bersenyawa
dengan angin, seune (api), taneuh (tanah), cai (air).
Unsur-unsur utama
kehidupan itu diikat menjadi satu di kepala. Menjadi suatu simbol, bahwa
pemakainya diikat oleh falsafah-falsafah hidup yang dianutnya.
Falsafah hidup
tersebut menjadi karakter kesundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup.
Karakter sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener
(benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas).
Dalam hubungan
sosialnya, masyarakat Sunda pada dasarnya dilandasi sikap silih asih, silih
asah, dan silih asuh. Artinya saling mengasihi, saling mengasah atau mengajari,
dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang
diwarnai keakraban, kerukunan, dan kedamaian. Dibawah ada video rupa-rupa Iket Sunda Praktis
Rupa-rupa Iket Sunda
Cara Pasa Iket Sunda
Cag Ah....
No comments:
Post a Comment