Friday, February 17, 2023

Pengertian Novel, Ciri, Struktur, Jenis, Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik


Kata novel ini berasa dari bahasa Italia yaitu “novella” yang memiliki sebuah kisah atau cerita. dibawah ini ulasan mengenai Novel secara lengkap.


Pengertian Novel


Novel adalah karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur pembentuk intrinsik dan ekstrinsik. Novelis merupakan sebutan bagi penulis yang menulis novel. salah satu yang membedakan novel dengan karya sastra lain adalah Isi dalam sebuah novel lebih panjang dan lebih kompleks dan juga tidak memiliki batasan struktural dan sajak.

Sebuah novel tersebut biasanya menceritakan/ mengilustrasikan /  menggambarkan mengenai suatu kehidupan manusia yang berinteraksi atau berhubungan dengan lingkungan serta juga sesamanya.

Penulis novel biasanya berusaha dengan maksimal untuk dapat memberikan arahan untuk para pembaca untuk dapat mengetehui pesan tersebunyi yang dibuat penulis.



Ciri Ciri Novel


Ciri – Ciri Umum dalam Novel :

  • Jumlah kata dalam novel lebih dari 35.000 kata.
  • Terdiri dari setidaknya itu 100 halaman.
  • Durasi dakan membaca novel itu setidaknya 2 jam atau 120 menit.
  • Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, serta emosi.
  • Alur cerita cukup kompleks dalam novel.
  • Seleksi cerita dalam karya sastra novel lebih luas.
  • Novel ditulis dengan narasi kemudian di dukung dengan deskripsi dalam menggambarkan atau mengilustrasikan situasi dan kondisi yang ada di dalamnya.


Struktur Novel

Dibawah ini merupakan struktur novel, berikut ini merupakan penjelasan mengenai struktur novel, yakni?

  1. Abstrak – merupakan bagian ringkasan isi cerita yang biasanyaitu dapat ditemukan pada bagian awal /pertama cerita dalam novel.
  2. Orientasi – merupakan bagian penjelasan tentang latar waktu serta suasana. Seperti misalnya terjadinya cerita, kadang juga bisa berupa pembahasan penokohan atau perwatakan.
  3. Komplikasi – merupakan suatu urutan kejadian yang dihubungkan dengan adanya sebab akibat, yangman tiap-tiap peristiwa atau kejadian itu terjadi karena adanya sebab serta mengakibatkan munculnya kejadian atau peristiwa yang lainnya.
  4. Evaluasi  – merupakan bagian yang mana konflik yang terjadi pada tahap komplikasi itu terarah menuju pada titik tertentu.
  5. Resolusi – merupakan suatu bagian dalam novel yang memunculkan solusi atas sebuah masalah / konflik yang sedang terjadi.
  6. Koda – merupakan suatu bagian akhir atau penutup cerita didalam novel.




Unsur-Unsur Novel

Didalam novel terdapat unsur-unsur pembentuk, unsur tersebut terbagi menjadi dua yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik, berikut ini merupakan penjelasannya :

Unsur Intrinsik Novel

Dibawah ini merupakan suatu penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada novel :

  1. Tema
  2. Tema ialah pokok-pokok permasalahan yang terdapat didalam karya sastra novel yang terlah dibuat oleh penulis.
  3. Penokohan
  4. Penokohan ialah suatu pemberian watak atau karakter kepada pada tiap-tiap pelaku dalam sebuah cerita. Para tokoh tersebut bisa diketahui karakternya dari ciri fisik, lingkungan tempat tinggal, dan juga dengan cara bertindaknya.
  5. Alur
  6. Alur ialah suatu rangkaian-rangkaian peristiwa atau kejadian yang membentuk jalannya cerita dala karya sastra novel. Tahap alur tersebut  meliputi pengenalan, penampilan masalah, pemunculan konflik, puncak ketegangan, peleraian, serta juga penyelesaian.
  7. Alur tersebut dibedakan menjadi dua bagian, yaitu alur maju serta alur mundur.
    1. Alur maju ialah suatu peristiwa yang bergerak dengan secara bertahap dengan berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita.
    2. Alur mundur ialah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi karena ada kaitannya dengan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung.
  8. Gaya Bahasa
  9. Gaya bahasa ialah alat utama penulis dalam menjelaskan mengilustrasikan menggambarkan dan juga menghidupkan cerita dengan secara estetika. Jenis-jenis gaya bahasa antara lainnya ialah sebagai berikut:
    1. Personafikasi
    2. ialah suatu gaya bahasa yang medeskripsikan macam-macam benda mati dengan cara memberikan berbagai macam sifat-sifat seperti manusia.
    3. Simile (Perumpamaan)
    4. Merupakan gaya bahasa yang mendeskripsikan sesuatu dengan pengibaratan atau juga perumpamaan.
    5. Hiperbola
    6. Merupakan suatu gaya bahasa yang mendeskripsikan sesuatu dengan secara berlebihan dengan tujuan untuk memberikan efek yang berlebihan.
  10. Latar atau Setting
  11. Latar merupakan penggambaran terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dalam sebuah cerita itu meliputi waktu, tempat, dan suasananya.
  12. Sudut Pandang
  13. Sudut pandang ialah suatu penempatan diri pengarang /penulis dan juga cara penulis itu dalam melihat berbagai macam peristiwa atau kejadian dalam cerita yang di paparkannya kepada tiap-tiap pembaca.
  14. Amanat
  15. Amanat ialah sebuah pesan yang disampaikan, yang terdapat dalam karya sastra dalam sebuah novel.


Unsur Ekstrinsik Novel

Selain unsur intrinsik yang dijelaskan diatas, seperti yang sudah dijelaskan diatas novel juga memiliki unsur ekstrinsik. Dibawah ini merupakan penjelasannya

1. Sejarah atau Biografi Pengarang

Umumnya sejarah atau biografi penulis novel itu sangat berpengaruh pada jalan cerita atau alur cerita yang terdapat dalam sebuah novel.

2. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi dengan secara tidak langsung ataupun langsung akan berpengaruh pada hasil karya sastra novel.

3. Nilai-Nilai dalam Cerita

Dalam sebuah karya sastra tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat atau bisa disisipkan oleh penulisnya. Nilai-nilai itu antara lainnya adalah sebagai berikut:

  1. Nilai moral – yaitu suatu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau juga kepribadian seseorang. Baik itu entah baik ataupun buruk.
  2. Nilai sosial – yaitu nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang ada didalam kehidupan bermasyarakat.
  3. Nilai budaya – adalah suatu konsep masalah dasar yang sangat penting serta juga mempunyai nilai dalam kehidupan manusia.
  4. Nilai estetika – yaitu nilai yang berkaitan dengan seni serta juga estetika dalam sebuah karya sastra.



Hatur Nuhun


PENGERTIAN DONGENG DAN CONTOHNYA

Secara singkat definisi dongeng ini merupakan bentuk sastra lama yang meceritakan mengenai suatu hal yang fiksi atau artinyatidak nyata, namun tetap sangat disukai oleh banyak orang khususnya anak-anak. Penjelasan ini tidak hanya pengertiannya saja, tapi juga kita membahas struktur dongeng, ciri dan jenis-jenis dongeng. penjelasannya sebagai berikut :


Pengertian Dongeng


Dongeng adalah bentuk sastra lama yang menceritakan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang luar biasa berupa fiksi (tidak nyata) atau khayalan. Dongeng ini merupakan bentuk cerita tradisional atau juga cerita yang disampaikan secara terun-temurun dari nenek moyang yang mempunyai fungsi untuk dapat mengajarkan nilai-nilai moral serta juga sebagai hiburan.

Dari pengertian dongeng yang dipaparkan diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian dongeng itu merupakan salah satu jenis karya sastra yang menceritakan sesuatu hal yang tidak nyata fiktif untuk digunakan sebagai pelajaran serta sebagai hiburan bagi masyarakat.

Struktur Dongeng

Sebuah dongeng itu dibangun oleh tiga (3) bagian penting, yakni pendahuluan, isi atau peristiwa, serta penutup. Dibawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing bagian dari dongeng.

  1. Pendahuluan, berisi kalimat pengantar untuk memulai dongeng.
  2. Isi (kejadian/Peristiwa),merupakan bagian penting dari dongeng yang menceritakan mengenai urutan kejadian dari suatu peristiwa.
  3. Penutup, merupakan bagian akhir cerita yang dibuat untuk mengakhiri cerita.


Unsur Dongeng

Terdapat Unsur Intrinsik dan juga Ekstrinsik didalam dongeng, pennjelasannya sebagai berikut :

  • Unsur Intrinsik Dongeng
  1. Tema
  2. Tema merupakan suatu gagasan pokok yang mendasari terbentuknya sebuah dongeng.
  3. Latar
  4. Latar atau setting merupakan ruang, waktu, suasana, serta juga alat pada peristiwa/kejadian yang terjadi dalam sebuah karya sastra.
  5. Alur
  6. Alur atau plot ini merupakan jalan cerita dalam sebuah karya sastra.
  7. Tokoh
  8. Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita.
  9. Penokohan (Watak/Karakter Tokoh)
  10. Penokohan merupakan watak, sifat, sikap, kondisi fisik serta juga karakter yang dimiliki oleh tokoh dalam sebuah cerita.
  11. Sudut Pandang
  12. Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam sebuah cerita.
  13. Amanat
  14. Amanat merupakan sebuah pesan yang ingin disampaikan seorang penulis atau juga pengarang cerita kepada pembaca.


Unsur Ekstrinsik Dongeng


Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat ini merupakan faktor-faktor didalam lingkungan masyarakat penulis yang mempengaruhi penulisan dongeng oleh penulis tersebut. Beberapa contoh latar belakang masyarakat ini antara lain adalah :

  1. Ideologi Negara
  2. Kondisi Politik
  3. Kondisi Sosial
  4. Kondisi Ekonomi
  5. Nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut


Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang ini merupakan faktor-faktor didalam pengarang yang mempengaruhi penulisan dongeng tersebut, beberapa faktor dari latar belakang pengarang ini diantaranya:

  1. Riwayat hidup penulis
  2. Kondisi psikologis
  3. Aliran sastra penulis

Ciri-Ciri Dongeng


Seperti layaknya cerita-cerita yang lain, dongeng mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan bentuk cerita yang lain. Dibawah ini merupakan beberapa ciri-ciri dongeng yang benar.


Diceritakan dengan alur yang sederhana.


Alur cerita singkat dan cepat.


Tokoh yang ada tidak diceritakan secara detail.


Peristiwa yang ada didalamnya kebanyakan fiktif atau khayalan.


Ditulis dengan gaya pencitraan secara lisan.


Lebih menekankan pada bagian isi atau persitiwa.


Ciri-Ciri Dongeng

Seperti layaknya cerita-cerita yang lain, dongeng mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan bentuk cerita yang lain. Dibawah ini merupakan beberapa ciri-ciri dongeng yang benar.

  1. Diceritakan dengan alur yang sederhana.
  2. Alur cerita singkat dan cepat.
  3. Tokoh yang ada tidak diceritakan secara detail.
  4. Peristiwa yang ada didalamnya kebanyakan fiktif atau khayalan.
  5. Ditulis dengan gaya pencitraan secara lisan.
  6. Lebih menekankan pada bagian isi atau persitiwa. Ciri-Ciri Dongeng

Seperti layaknya cerita-cerita yang lain, dongeng mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan bentuk cerita yang lain. Dibawah ini merupakan beberapa ciri-ciri dongeng yang benar.

  1. Diceritakan dengan alur yang sederhana.
  2. Alur cerita singkat dan cepat.
  3. Tokoh yang ada tidak diceritakan secara detail.
  4. Peristiwa yang ada didalamnya kebanyakan fiktif atau khayalan.
  5. Ditulis dengan gaya pencitraan secara lisan.
  6. Lebih menekankan pada bagian isi atau persitiwa.

Jenis-Jenis Dongeng

Terdapat beberapa macam dongeng yang perlu kamu ketahui, Dibawah ini merupakan pembagian jenis-jenis dongeng, diantaranya :

  1. Mite merupakan salah satu bentuk dongeng yang menceritakan tentang hal-hal gaib seperti cerita dewa, hantu, peri, serta hal-hal gaib lainnya.
  2. Sage merupakan cerita dongeng yang menceritakan mengenai kepahlawanan, keperkasaan, serta kesaktian dari seseorang tokoh.
  3. Fabel merupakan bentuk dongeng yang tokoh utamanya ini ialah hewan yang mempunyai perilaku seperti manusia.
  4. Legenda merupakan dongeng yang menceritakan mengenai peristiwa atau kejadian atau asal-usul dari suatu tempat atau juga benda.
  5. Cerita jenaka merupakan cerita yang berisi mengenai peristiwa atau kejadian-kejadian lucu yang menghibur siapa saja yang menontonnya.
  6. Cerita pelipur lara merupakan cerita yang biasanya digunakan untuk menjamu tamu serta juga menggunakan media seperti wayang dan juga alat lainnya.
  7. Cerita perumpamaan merupakan suatu bentuk dongeng yang mengandung kiasan/ibarat nasihat-nasihat.


Kisah Lutung Kasarung


Alkisah, di  daerah Jawa Barat, tersebutlah seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Tapa Agung yang bertahta di Kerajaan Pasir Batang. Sang Prabu mempunyai tujuh orang putri yang semuanya cantik jelita. Mereka adalah Purbararang (sulung), Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, dan si bungsu, Purbasari. Dari ketujuh putri sang Prabu, lima di antaranya telah menikah dan menjadi permaisuri di kerajaan lain. Kini, tinggal Purbararang dan Purbasari yang belum menikah. Namun, Putri Purbararang sudah mempunyai tunangan yang gagah dan tampan bernama Raden Indrajaya, putra salah seorang menteri kerajaan.

Dalam beberapa hari terakhir, Prabu Tapa Agung terlihat sering duduk termenung seorang diri di atas singgasananya. Sepertinya ada suatu  masalah besar yang membebani pikirannya. Melihat sikap sang Prabu tersebut, sang permaisuri berusaha menghibur dan membujuknya.

“Kanda! Sudah beberapa hari ini Kanda terlihat murung. Apa yang sedang Kanda pikirkan? Barangkali Dinda dapat membantu,” bujuk permasuri dengan suara lembut.

“Begini, Dinda! Kanda sudah semakin tua. Kanda tidak dapat lagi melaksanakan tugas-tugas kerajaan dengan baik. Kanda berniat turun tahta. Tapi, Kanda bingung, Dinda!” kata Prabu Tapa Agung.

“Bingung kenapa, Kanda?” desak permaisurinya.

Prabu Tapa Agung pun bercerita kepada permasurinya bahwa dia bingung untuk memilih di antara dua putrinya, apakah Purbararang atau Purbasari, yang akan menggantikan kedudukannya. Menurut hukum adat yang berlaku di kerajaan tersebut, yang pantas untuk menggantikannya adalah Putri Purbararang, sebab dia putri tertua. Namun, sang Prabu merasa bahwa putri sulungnya itu belum pantas menjadi seorang ratu, karena sifatnya yang sombong, angkuh, dan licik. Putri Purbararang juga sering memutuskan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya terlebih dahulu, sehingga sering menimbulkan kekacauan. Sang Prabu lebih senang jika putri bungsunya, Purbasari, yang menggantikan kedudukannya, karena dia seorang putri yang baik hati, arif, dan bijaksana. Dengan pertimbangan tersebut, maka sang Prabu dan permaisurinya memutuskan untuk memilih Purbasari menjadi Ratu.


Mendengar kabar tersebut, Putri Purbararang pun menolaknya. Ia sangat menyesal atas keputusan ayahandanya, karena merasa dialah yang lebih berhak untuk menjadi ratu. Kabar buruk itu kemudian ia sampaikan kepada tunangannya, Raden Indrajaya.

“Kanda! Ayahandaku telah pilih kasih. Ia lebih memilih Purbasari untuk menjadi ratu, padahal Dinda adalah putri tertua,” lapor Putri Purbararang .

Mendengar kabar tersebut, tunangan Putri Purbararang langsung naik pitam.

“Wah, ini tidak boleh dibiarkan, Dinda? Dindalah yang semestinya menjadi ratu!” seru Raden Indrajaya.

“Apa yang harus kita lakukan, Kanda?” tanya Putri Purbararang.

“Kita harus menyingkirkan adikmu yang tidak tahu diri itu!” seru Indrajaya.

Setelah bermusyawarah, akhirnya Putri Purbararang dan tunangannya memutuskan untuk mendatangi seorang dukun sakti yang bernama Ni Ronde. Mereka akan meminta bantuan dukun itu agar menyihir Putri Purbasari. Ni Ronde pun mengabulkan permintaan mereka.

Beberapa hari kemudian, istana Pasir Batang menjadi gempar. Tiba-tiba Putri Purbasari terserang penyakit aneh. Seluruh tubuhnya terasa sangat gatal dan dipenuhi bintik-bintik hitam. Betapa terkejutnya sang Prabu melihat keadaan putri kesayangannya itu. Sudah beberapa tabib istana dipanggil untuk mengobatinya, namun tak seorang pun yang berhasil menyembuhkannya. Sementara itu, Putri Purbararang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia pun menghasut ayahandanya agar Putri Purbasari diasingkan ke tempat yang jauh.

“Ayah! Barangkali inilah akibatnya jika kita tidak menuruti adat hukum yang berlaku di kerajaan ini. Para leluhur telah murka dan mengutuk Putri Purbasari. Jangan-jangan sebentar lagi kerajaan ini juga terkena kutukan!” hasut Putri Purbararang.

Prabu Tapa Agung pun termakan hasutan putrinya. Akhirnya, dengan berat hati, ia memutuskan untuk mengasingkan putri bungsunya ke hutan agar kerajaan terbebas dari kutukan. Putri Purbasari pun menyadari keadaannya dan menerima keputusan itu dengan lapang dada.

Keesokan harinya, sang Prabu menyuruh patihnya yang bernama Uwak Batara Lengser untuk mengantar Putri Purbasari ke hutan. Setelah membuatkan sebuah pondok untuk Putri Purbasari di hutan, patih yang baik hati itu memberi nasehat kepada sang Putri untuk menenangkan hatinya.

“Tabahkan hatimu, Tuan Putri! Cobaan ini pasti akan berakhir. Semoga Tuhan Yang Mahakuasa senantiasa melindungimu. Paman akan sering datang kemari mengantar makanan dan minuman untukmu,” ujar sang Patih.

“Terima kasih, Paman! Nasehat Paman membuat hati Putri menjadi tenang,” ucap Putri Purbasari.


Sejak itu, Putri Purbasari tinggal seorang diri di tengah hutan. Untuk menghibur dirinya, setiap pagi ia berjalan-jalan di sekitar pondoknya untuk melihat-lihat pemandangan dan bersenda gurau bersama hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Tak heran, jika dalam waktu beberapa hari saja, ia sudah mempunyai banyak teman. Hewan-hewan tersebut sangat baik kepadanya. Mereka sering membantu sang Putri untuk mencari buah-buahan di hutan.

Pada suatu hari, ketika sang Putri sedang bersenda gurau bersama hewan-hewan di sekitar pondoknya, tiba-tiba ada sepasang mata yang sedang memerhatikannya tanpa disadarinya. Rupanya, dia adalah seekor lutung (sejenis kera berbulu hitam). Beberapa saat kemudian, lutung itu menghampirinya. Alangkah terkejutnya sang Putri ketika melihat lutung yang berwajah seram itu tiba-tiba berdiri di depannya.

“Ampun, Lutung! Tolong jangan ganggu aku!” teriak Putri Purbasari dengan ketakutan.

“Jangan takut, Tuan Putri! Aku tidak akan mengganggumu,” jawab Lutung itu.

Putri Purbasari pun tersentak kaget, karena lutung itu dapat berbicara seperti manusia.

“Hai, kamu siapa dan dari mana asalmu?” tanya Putri Purbasari.

“Aku Guruminda, putra Sunan Ambu dari Kahyangan. Aku telah melakukan kesalahan, sehingga dibuang ke bumi dengan bentuk seperti ini, dan kesasar di tengah hutan ini,” jelas si Lutung.


Mendengar jawaban itu, hati sang Putri pun menjadi tenang. Tanpa banyak tanya, ia tersenyum seraya memperkenalkan diri dan menceritakan asal-usulnya. Karena merasa senasib, yaitu sama-sama terbuang di hutan itu, akhirnya mereka pun berteman. Sejak itu, Purbasari memanggil si lutung dengan panggilan Lutung Kasarung, yang artinya Lutung yang kesasar. Kemana pun sang Putri pergi, Lutung Kasarung selalu menyertainya. Bahkan, ia sering memetik buah-buahan untuk sang Putri.

Pada saat malam bulan purnama, secara diam-diam Lutung Kasarung pergi ke suatu tempat yang sangat sepi untuk bersemedi. Dalam semedinya ia memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar menyembuhkan penyakit Putri Purbasari. Beberapa saat kemudian, doa Lutung Kasarung pun dikabulkan. Tanah di sekitarnya tiba-tiba menjelma menjadi sebuah telaga kecil. Airnya sangat jernih, sejuk, harum, dan mengandung obat kulit yang sangat mujarab. Begitu matahari pagi memancarkan sinarnya di ufuk timur, ia segera menemui Putri Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga itu.

“Hai, Tung!” demikian Putri Purbasari memanggil Lutung Kasarung.

“Untuk apa kamu membawaku kemari?” tanyanya.

“Bercebur dan mandilah di telaga ini, Tuan Putri! Niscaya penyakit Tuan Putri akan sembuh, karena air telaga ini mengandung obat kulit yang sangat mujarab,” ujar Lutung Kasarung.

Tanpa ragu, Putri Purbasari langsung menceburkan diri ke dalam telaga itu. Sungguh ajaib sekali. Tak lama setelah berendam di telaga itu, seluruh bintik-bintik hitam di kulitnya langsung hilang tanpa meninggalkan bekas sedikit pun. Kulitnya kembali bersih, halus dan menjadi cantik seperti semula. Ia sangat heran bercampur gembira mengalami peristiwa ajaib itu.


“Terima kasih, Tung! Engkau telah menyembuhkan penyakitku,” ucap Putri Purbasari dengan perasaan gembira.

Sejak itu, Putri Purbasari semakin senang dan sayang kepada si Lutung Kasarung. Ia pun semakin betah tinggal bersamanya di hutan itu dan hewan-hewan lainnya. Hatinya sudah menyatu dengan kehidupan alam bebas, dan melupakan kehidupan istana yang sering membelenggunya, apalagi dengan keberadaan kakak sulungnya, Purbararang.

Pada suatu hari, Patih Uwak Batara Lengser datang ke hutan itu untuk melihat keadaan Putri Purbasari. Betapa terkejutnya ia ketika melihat penyakit kulit sang Putri telah sembuh. Ia pun kemudian mengajak sang Putri untuk kembali ke istana.

“Ampun, Tuan Putri! Sesuai dengan pesan sang Prabu, Tuan Putri diminta untuk kembali ke istana,” kata Patih itu menyampaikan pesan sang Prabu.

Mulanya, Putri Purbasari menolak untuk kembali ke istana. Namun setelah didesak oleh sang Patih dan dibujuk oleh si Lutung Kasarung, akhirnya ia pun memenuhi ajakan tersebut.

“Baiklah, Paman! Aku bersedia kembali ke istana, tetapi Lutung Kasarung juga harus ikut. Dialah yang telah menyembuhkan penyakitku,” tegas Putri Purbasari.

“Baiklah, Tuan Putri! Paman kira sang Prabu akan merasa senang jika Tuan Putri mengajak Lutung yang baik hati itu ke istana,” kata Patih itu.

Akhirnya, Putri Purbasari bersama Patih Uwak Batara Lengser dan Lutung Kasarung kembali ke istana. Setibanya di istana, mereka disambut gembira oleh seluruh keluarga istana, kecuali Putri Purbararang dan Raden Indrajaya, karena merasa posisi mereka terancam. Menyadari keadaan itu, ia pun membujuk ayahandanya agar mengadakan sayembara.

“Ampun, Ayahanda! Nanda keberatan jika Putri Purbasari yang dinobatkan menjadi Ratu. Biar adil, sebaiknya diadakan sayembara. Pemenangnya akan menerima tampuk kerajaan, sedangkan yang kalah akan menerima hukum pancung,” bujuk Putri Purbararang.

Prabu Tapa Agung yang arif dan bijaksan itu pun mengambulkan permintaan putri sulungnya. Dalam sayembara tersebut, Putri Purbararang menantang Putri Purbasari untuk mengikuti dua perlombaan, yaitu lomba memasak dan lomba panjang rambut. Putri Purbasari pun terpaksa menerima tantangan itu, karena diminta oleh ayahandanya.



“Jangan khawatir, Tuan Putri! Aku akan menolongmu,” bisik Lutung Kasarung.

“Terima kasih, Lutung!” jawab Putri Purbasari.

Pada hari yang telah ditentukan, seluruh rakyat Pasir Batang telah berkumpul di halaman istana ingin menyaksikan sayembara tersebut. Tak berapa lama kemudian, kedua putri Prabu Tapa Agung tersebut memasuki arena lomba. Perlombaan pertama adalah lomba memasak. Yang dinilai dalam lomba ini adalah masakan siapa yang paling cepat disajikan dan lezat rasanya, maka dialah pemenangnya.

Ketika semua bahan-bahan dan perlengkapan memasak telah disiapkan, wasit pun memukul gong sebagai tanda perlombaan dimulai. Putri Purbararang pun segera meracik bumbu-bumbu yang telah disediakan dengan lincahnya. Ia dibantu oleh puluhan pelayan istana, sedangkan Putri Purbasari hanya ditemani oleh Lutung Kasarung. Dalam waktu tidak beberapa lama, Putri Purbararang hampir menyelesaikan masakannya. Putri Purbasari pun mulai panik. Melihat hal itu, Lutung Kasarung segera mengeluarkan kesaktiannya. Ia segera memanggil para bidadari di kayangan agar turun ke bumi untuk membantu Purbasari tanpa diketahui oleh seorang pun. Berkat bantuan para bidadari tersebut, Putri Purbasari mampu menyelesaikan masakannya terlebih dulu dan rasanya pun lebih lezat. Ia pun dinyatakan sebagai pemenang dalam lomba memasak tersebut.

Memasuki perlombaan kedua, yaitu lomba adu panjang rambut, Putri Purbararang merasa tidak mau kalah lagi oleh adiknya. Dengan penuh percaya diri, ia segera melepas sanggulnya. Rambutnya yang hitam dan lebat pun terurai hingga ke pertengahan betisnya.

“Ayo, Purbasari! Lepaslah sanggulmu! Kali ini kamu tidak akan mampu mengalahkanku,” seru Putri Purbararang dengan angkuhnya.

Mendengar seruan itu, Putri Purbasari hanya terdiam sambil menunduk. Dia merasa kurang percaya diri, karena rambutnya hanya sebatas punggungnya.

“Kenapa diam saja, wahai Tuan Putri?” tanya Lutung Kasarung yang berdiri di dekatnya dengan nada pelan.

“Tung! Kali ini aku pasti kalah, rambutku lebih pendek. Hanya sampai di punggungku,” bisik Purbasari.

“Tenang, Tuan Putri! Aku akan memanggil bidadari untuk menyambung rambutmu,” kata Lutung Kasarung.


Sesaat setelah Lutung Kasarung bersemedi, datanglah para bidadari menyambung rambut Purbasari tanpa sepengetahuan Purbararang dan para penonton. Ketika Purbasari melepas sanggulnya, maka terurailah rambutnya yang hitam berkilau, halus bagaikan sutra, serta bergelombang hingga ke tumitnya. Melihat hal itu, Purbararang pun menjadi malu dan merasa terpukul, karena kembali dikalahkan oleh adiknya. Namun, ia tidak kehabisan akal. Ia kembali membujuk ayahandanya agar diadakan satu perlombaan lagi, yaitu lomba ketampanan calon suami atau tunangan masing-masing.

“Jika Purbasari masih mampu mengalahkanku dalam perlombaan ini, maka aku akan menerima kekalahan ini dan bersedia untuk dipancung,” kata Purbararang di hadapan para hadirin.

Mulanya, Prabu Tapa Agung ragu untuk memenuhi keinginan Purbararang, karena Purbasari belum mempunyai tunangan. Jika pun pada saat itu ia ditunangkan dengan siapa pun di negeri itu, tetap tidak seorang pun yang melebihi ketampanan Indrajaya. Meski demikian, Purbasari tetap bersedia mengikuti lomba tersebut dan sang Prabu pun menyetujuinya.

Perlombaan pun dimulai. Dengan bangga, Putri Purbararang kembali masuk ke arena perlombaan sambil menggandeng tangan tunangannya.

“Wahai seluruh rakyat Pasir Batang! Saksikanlah ketampanan dan kegagahan tunanganku, Indrajaya! Akulah yang akan menjadi Ratu negeri ini, karena tak seorang pun yang mampu mengalahkan ketampanan tunanganku ini!” seru Putri Purbararang dengan angkuhnya.

Seluruh hadirin pun mengakui bahwa Indrajaya adalah seorang pemuda yang tampan. Tak seorang pemuda pun di Negeri Pasir Batang yang melebihi ketampanannnya. Mereka sudah memastikan bahwa Putri Purbasari akan kalah dalam perlombaan tersebut. Anehnya lagi, ketika diminta untuk menunjukkan calon suaminya, Putri Purbasari justru menarik tangan Lutung Kasarung masuk ke arena perlombaan.



“Inilah calon suamiku!” seru Putri Purbasari dengan bangga.

“Ya, ini calon suamiku!” serunya sekali lagi.

Purbararang dan suaminya pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah adiknya.

“Hai, Purbasari! Apakah tidak ada lagi calon suami yang lebih jelek dari Lutung itu?” seru Purbararang dengan nada mengejek.

Mendengar ejekan itu, Lutung Kasarung pun menjadi tersinggung dan marah. Ia tidak terima Putri Purbasari dipandang rendah seperti itu. Maka dengan kesaktiannya, ia segera memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa, agar bentuknya dikembalikan seperti semula. Seketika itu pula, Lutung Kasarung pun berubah menjadi Guruminda yang sangat tampan dan gagah. Semua yang hadir terperangah dan terpesona melihat ketampanannya.

Akhirnya, Putri Purbasari memenangi sayembara tersebut dan berhak menduduki tahta kerajaan. Sementara Putri Purbararang dan tunangannya harus menerima hukuman pancung atas kekalahan mereka. Namun, Putri Purbasari adalah seorang putri yang pemaaf, ia tidak menghukum kakak kandungnya sendiri. Bahkan, ia tetap mengijinkan kakaknya untuk tetap tinggal di istana bersamanya. Akhirnya, Putri Purbasari pun dinobatkan menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang. Ia adalah seorang Ratu yang arif dan bijaksana, sehingga seluruh rakyatnya senantiasa hidup makmur, damai, dan sentosa.



Demikian cerita Lutung Kasarung dari Jawa Barat, Indonesia. Cerita di atas merupakan cerita pantun yang mengandung nilai-nilai moral. Setidaknya ada dua nilai moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu akibat buruk dari sifat suka memandang rendah orang lain, dan keutamaan sifat pemaaf dan tidak pendendam. Pertama, sifat suka merendahkan orang lain ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Putri Purbararang. Hal ini terlihat ketika ia menantang Putri Purbasari untuk mengadakan sayembara perebutan tahta kerajaan, karena ia yakin bahwa adik bungsunya itu tidak mampu berbuat apa-apa. Namun, tanpa diduganya, ternyata Purbasari mampu mengalahkannya berkat bantuan Lutung Kasarung. Akibatnya, ia pun mendapat ancaman hukum pancung. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa hendaknya kita tidak memandang rendah orang lain, karena terkadang ada sesuatu yang tidak kita ketahui tentang orang tersebut. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

kalau suka merendahkan orang,

alamat badan dimakan parang

Kedua, keutamaan sifat pemaaf dan tidak pendendam. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Putri Purbasari. Meskipun telah disakiti, ia tidak pernah merasa dendam kepada Putri Purbararang. Bahkan ia memaafkan dan membebaskan kakaknya dari hukum pancung, serta mengajaknya tinggal bersama dalam istana. Dengan sifat pemaaf ini, hubungan kekeluargaan senantiasa akan selalu terjaga dan akan terhindar dari perselisihan. Dikatakan dalam tunjuk Ajar Melayu:

kalau suka memaafkan orang,

kusut selesai sengketa pun hilang

 kalau suka bermaaf-maafan,

hidup rukun hati pun nyaman

Tuesday, January 14, 2020

Format RPP Basa Sunda 2020



Kabar gembira dari permendikbud tersebut adalah format RPP sekarang tidak bertele-tele dan berlembar-lembar seperti sebelumnya. Ini adalah salah satu revolusi di bidang pendidikan yang wajib kita dukung. 

1. KI 1 dan KI 2 yang bisa setengah halaman
2. KD dan Indikator
3. Materi Konsep, Prinsip, Fakta dan Prosedural 
4. Format Penilaian Yang Jelimet

Prinsip penyusunan RPP adalah efisien, efektif dan berorientasi pada murid. Sebelumnya dalam Permendikbud No 22 Tahun 2016 terdapat 13 komponen RPP dan yang menjadi komponen inti saat ini adalah tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran dan penilaian. Sementara komponen lainnya adalah pelengkap. 

Jadi RPP cukup 1 lembar bolak balik saja kalau memang setengah halaman kertas tidak cukup. Saya membandingkan dengan lesson plan geografi cambdrige pun cuma 1 lembar alias 2 page saja. Kontennya tidak bertele-tele, yang pokok adalah langkah pembelajarannya.

Jadi guru dan pengawas wajib memahami 3 komponen wajib RPP tersebut, sementara lainnya adalah pelengkap. Jangan sampai saat pengawas datang ke sekolah malah ngobok-ngobok komponen pelengkap sementara yang wajib 
tidak diperhatikan dengan baik. 

Link download : https://drive.google.com/file/d/1wDebp6UBK88HbB7kUVND48ygpGSopodF/view?usp=drivesdk

Thursday, November 14, 2019

Tutorial menterjemahkan artikel ke dalam Bahasa Sunda

Pernahkah Anda atau anak Anda kesulitan dalam mengarang atau menulis karangan menggunakan bahasa Sunda? Jawabnya bagi orang yang di luar Jawa Barat dan Banten mungkin “tidak pernah”. Karena memang tidak menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupannya, baik di sekolah atau pun di rumah. Tapi bagi orang yang berada di tatar Sunda (daerah Sunda) mungkin ini sangat sering terjadi, terutama daerah di luar priangan. Misalnya daerah Banten. Mengapa? Karena anak-anak sekolah di Banten mempelajari mata pelajaran mulok bahasa Sunda, sementara banyak dari mereka sebenarnya bahasa ibunya adalah Jawa Banten. Sudah barang tentu banyak yang merasakan ini lebih sulit dari bahasa Inggris.

Jangan khawatir, ternyata unik sekali hal yang satu ini. Dengan kecanggihannya jasa internet, translate bahasa Indonesia – Sunda sudah ada di internet. Entah siapa yang membuatnya. Jadi, sekarang Anda tidak usah repot dan mumet-mumet lagi dengan masalah menulis berbahasa Sunda. Karena google/internet tidak hanya menyediakan translate Bahasa Inggris dan Jawa saja, tapi sunda pun sudah ada. Sabar dulu ya, saya tidak akan buru-buru menunjukkan di mana alamatnya, soalnya saya masih kangen ingin cuap-cuap dulu dengan Anda, heheh !

Kalau kebetulan Anda sedang mencari contoh karangan berbahasa Sunda, maka Anda tidak tepat ketemu dengan tulisan ini. Anda bertemu dengan tulisan ini mungkin melalui googling di Google. Wajar kalau Anda agak kesulitan untuk mencarinya, karena sedikit bingung menulis keyword yang tepat di kotak Google, ya kan? Tapi saya yakin Anda sangat beruntung jika Anda melanjutkan membaca tulisan ini. Karena Anda dapat mencari jalan alternatif untuk mengerjakan tulisan berbahasa Sunda tersebut. Maksudnya? Maaf dech, bukan ngajari, ini khusus untuk anak sekolah, gini maksudnya : kamu tulis saja itu karangan atau artikel dan sebagainya ke dalam bahasa Indonesia, lalu copy dan paste-kan ke kotak terjemahan yang sebentar lagi akan saya tunjukkan alamatnya. Setelah teks tersebut dimasukkan ke dalam kotak translate, klik kintun, maka akan ada hasil terjemahannya di bagian bawah. Beres kan? Kalau sudah, tinggal edit seperlunya dan selanjutnya jangan lupa berdiri tirukan gaya Si Dora dan katakan : “hore, hore, berhasil !

Bagaimana, asik kan? Hahaha…kadang-kadang saya ini emang gemblung, wong translate-nya juga belum dilakukan sudah nanya asik segala ! Ya, sudah, kalau belum mencoba, mari kita ikuti lagi pelajaran berikutnya. Maksudnya, apabila Anda sedang malas menulis teks bahasa Indonesianya. Atau Anda sedang diburu waktu dan ingin cepat, maka ambil langkah seribu yang terburuk. Tapi dosanya tanggung sendiri ya..! Heheh….Emang berdosa..?!! Ya, tergantung..! Jika Anda mau menulis karangan/tulisan berbahasa Sunda dan malas melakukannya, itu disebut pemalas. Eh, maksudnya mudah sekali ! Cari saja di google tulisan yang temanya sama dengan tema yang Anda maksud lalu copy paste-kan ke dalam kotak translate tadi. Praktis, kan ?

Baiklah, saya sudah cukup bercengkrama denga Anda dan waktunya menunjukkan alamat situs penterjemah Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Sunda tersebut.

Ini alamatnya klik saja langsung : http://indonesia-sunda terjemahan.id/

Thursday, November 7, 2019

Menterjemahkan Artikel Bahasa Inggris-Sunda

Virtual Worlds are Useful for Children

A research report says that virtual worlds can be important places where children practice what they will do in real life. They are also a powerful and attractive alternative to more passive adventures like watching TV. The research was done with children using the BBC’s Adventure Rock virtual world, aimed at those aged 6-12. It surveyed and interviewed children who were the first to test the game.

The online world is a themed island built for the BBC’s children channel by Belgian game maker Larian. Children explore the world alone but they use message boards to share what they find and what they do in the different creative studios they find around the virtual space.

At times children were explorers and at others, they were social climbers eager to connect with other players. Some were power users looking for more information about how the virtual space really worked. The children could try all kinds of things without having to be afraid of the consequences that would follow if they tried them in the real world. They learned many useful social skills and played around with their identity in ways that would be much more difficult in real life.

According to the study what children liked about virtual worlds was the chance to create content such as music, cartoons, and videos.

The publishers of the report say that virtual worlds can be a powerful, engaging and real interactive alternative to more passive media. They urged creators of virtual spaces for children to get young people involved very early on because they really do have good ideas to add and they are very good critical friends.


Tarjamahan Basa Sunda

Dunya Virtual Mangpaat pikeun Barudak 
Hiji laporan panalungtikan nyatakeun yén dunya maya tiasa janten tempat anu penting dimana barudak ngalaksanakeun naon anu bakal dilakukeun dina kahirupan nyata. Aranjeunna ogé mangrupakeun alternatif anu kuat sareng pikaresepeun pikeun petualangan langkung pasif sapertos ningali TV. Panaliti ieu dilakukeun pikeun murangkalih barudak anu nganggo ruang soca BBC Adventure Rock, anu dimaksud pikeun jalma yuswa 6-12. Éta surveyed sareng ngawawancara barudak anu pangheulana pikeun nguji pertandingan. Dunya online nyaéta pulo bertema anu diwangun pikeun saluran barudak BBC ku produsén Belgian Larian. Barudak ngajelajah dunya nyalira tapi aranjeunna nganggo papan pesen pikeun ngabagikeun naon anu aranjeunna mendakan sareng naon anu aranjeunna lakukeun dina sababaraha studio kreatif anu aranjeunna mendakan di rohangan maya. Sakapeung barudak mangrupikeun penjelajah sareng anu sanés, aranjeunna pendaki sosial anu hoyong ngahubung sareng pamaén sanés. Sababaraha mangrupikeun pangguna anu kuat anu milari seueur inpormasi ngeunaan kumaha rohangan maya leres dianggo. Barudak tiasa nyobian sagala jinis hal tanpa kedah sieun aya akibat anu bakal kajadian upami aranjeunna nyobian di dunya nyata. Aranjeunna diajar seueur kaahlian sosial anu kapake sareng diulinkeun kalayan idéntitasna ku cara anu bakal langkung sesah dina kahirupan nyata.Numutkeun kana panilitian, naon anu dipikaresep ku budak ngeunaan dunia maya mangrupikeun kasempetan pikeun nyiptakeun kontén sapertos musik, kartun sareng pidéo. Publikasi laporkeun yén dunya maya tiasa alternatif interaktif anu kuat, pikaresepeun sareng nyata pikeun média langkung pasif. Aranjeunna ngadesekkeun panyipta ruang maya pikeun barudak kalibet para pamuda pikeun awalna sabab bener-bener gaduh ideu anu hadé pikeun tambihan sareng babaturan kritis anu saé pisan.



https://indonesia-sunda.terjemahan.id/terjemahan7/218886-terjemahan-dunia-virtual-berguna-untuk-anak-anak-sebuah-laporan-penelitian-mengatakan-bahwa-dunia-vi

Wednesday, October 30, 2019

Narjamahkeun Artikel Indonesia-Sunda

Pernahkah Anda atau anak Anda kesulitan dalam mengarang atau menulis karangan menggunakan bahasa Sunda? Jawabnya bagi orang yang di luar Jawa Barat dan Banten mungkin “tidak pernah”. Karena memang tidak menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupannya, baik di sekolah atau pun di rumah. Tapi bagi orang yang berada di tatar Sunda (daerah Sunda) mungkin ini sangat sering terjadi, terutama daerah di luar priangan. Misalnya daerah Banten. Mengapa? Karena anak-anak sekolah di Banten mempelajari mata pelajaran mulok bahasa Sunda, sementara banyak dari mereka sebenarnya bahasa ibunya adalah Jawa Banten. Sudah barang tentu banyak yang merasakan ini lebih sulit dari bahasa Inggris.
Jangan khawatir, ternyata unik sekali hal yang satu ini. Dengan kecanggihannya jasa internet, translate bahasa Indonesia – Sunda sudah ada di internet. Entah siapa yang membuatnya. Jadi, sekarang Anda tidak usah repot dan mumet-mumet lagi dengan masalah menulis berbahasa Sunda. Karena google/internet tidak hanya menyediakan translate Bahasa Inggris dan Jawa saja, tapi sunda pun sudah ada. Sabar dulu ya, saya tidak akan buru-buru menunjukkan di mana alamatnya, soalnya saya masih kangen ingin cuap-cuap dulu dengan Anda, heheh !
Kalau kebetulan Anda sedang mencari contoh karangan berbahasa Sunda, maka Anda tidak tepat ketemu dengan tulisan ini. Anda bertemu dengan tulisan ini mungkin melalui googling di Google. Wajar kalau Anda agak kesulitan untuk mencarinya, karena sedikit bingung menulis keyword yang tepat di kotak Google, ya kan? Tapi saya yakin Anda sangat beruntung jika Anda melanjutkan membaca tulisan ini. Karena Anda dapat mencari jalan alternatif untuk mengerjakan tulisan berbahasa Sunda tersebut. Maksudnya? Maaf dech, bukan ngajari, ini khusus untuk anak sekolah, gini maksudnya : kamu tulis saja itu karangan atau artikel dan sebagainya ke dalam bahasa Indonesia, lalu copy dan paste-kan ke kotak terjemahan yang sebentar lagi akan saya tunjukkan alamatnya. Setelah teks tersebut dimasukkan ke dalam kotak translate, klik kintun, maka akan ada hasil terjemahannya di bagian bawah. Beres kan? Kalau sudah, tinggal edit seperlunya dan selanjutnya jangan lupa berdiri tirukan gaya Si Dora dan katakan : “hore, hore, berhasil !
Bagaimana, asik kan? Hahaha…kadang-kadang saya ini emang gemblung, wong translate-nya juga belum dilakukan sudah nanya asik segala ! Ya, sudah, kalau belum mencoba, mari kita ikuti lagi pelajaran berikutnya. Maksudnya, apabila Anda sedang malas menulis teks bahasa Indonesianya. Atau Anda sedang diburu waktu dan ingin cepat, maka ambil langkah seribu yang terburuk. Tapi dosanya tanggung sendiri ya..! Heheh….Emang berdosa..?!! Ya, tergantung..! Jika Anda mau menulis karangan/tulisan berbahasa Sunda dan malas melakukannya, itu disebut pemalas. Eh, maksudnya mudah sekali ! Cari saja di google tulisan yang temanya sama dengan tema yang Anda maksud lalu copy paste-kan ke dalam kotak translate tadi. Praktis, kan ?
Baiklah, saya sudah cukup bercengkrama denga Anda dan waktunya menunjukkan alamat situs penterjemah Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Sunda tersebut.
Ini alamatnya klik saja langsung : http://indonesia-sunda terjemahan.id/

Thursday, October 3, 2019

Babasan

Babasan dan paribasa sunda, gabungan kata yang sudah baku, sudah sesuai pakem, dibangun dari beberapa kata yang mengandung arti tertentu bukan arti kata perkata namun mengandung arti tertentu.

Bedanya, babasan dan paribasa adalah kalau babasan, ucapan baku yang tersusun biasanya gabungan hanya dua kata saja, misal :

gede hulu ( besar kepala, artinya : sombong, bukan : kepalanya ukurannya besar)
panjang leungeun (panjang tangan artinya suka mencuri, bukan : tangannya panjang ukurannya)
heurin ku letah (sempit lidah artinya berat mengucapkannya)
dll
Sedangkan “paribasa” adalah berupa rangkaian kata baku yang membentuk sebuah kalimat/ ucapan yang biasanya merupakan perlambang lakon kehidupan. Misal : Adat kakurung ku iga, Mihape hayam ka heulang, kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran, cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok, cul dogdog tinggal igel, dll.

Baik babasan maupun paribasa merupakan bahasa pakeman (sudah baku) yang merupakan satu kesatuan, yang artinya akan berubah bila diubah baik susunan maupun pengucapannya. Bilamana ditambah atau dikurangi atau diganti dengan bahasa sunda halus/ sunda lemes, sifat dan artinya jadi berubah dan akan terdengar aneh pula.

Atah anjang = langka silih anjangan
Adigung adiguna = takabur, sombong
Ambek nyedek tanaga midek = napsu gede tapi tanaga euweuh
Anjing ngagogogan kalong = mikahayang nu lain-lain
Adat kakurung ku iga = lampah goreng hese leungitna
Alak paul = jauh pisan
Aki-aki tujuh mulud = geus kolot pisan
Ayem tengtrem = tenang taya kasieun
Asa teu beungeutan = awahing / bakat ku era
Anu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan = mupuas ka nu keur cilaka
Amis budi = hade paroman
Aya jurig tumpak kuda = aya milik nu teu disangka-sangka
Aya jalan komo meuntas = aya kahayang, tambah aya nu ngajak
Awewe dulang tinande = awewe nurutkeun kumaha salaki
Amis daging = babari katerap panyakit
Abong letah teu tulangan = sagala dicaritakeun sanajan pikanyarieun batur
Ari umur tunggang gunung, angen-angen pecah sawed = ari umur geus kolot tapi ari kahayang siga budak ngora
Agul ku payung butut = agul ku turunan
Aya pikir kadua leutik = aya kahayang
Asa ditonjok congcot = ngarasa bungah pisan
Adean ku kuda beureum = ginding ku pakean meunang nginjeum
Birit aseupan = teu daek cicing
Biwir nyiru rombengeun = resep nyaritakeun rusiah atawa kasalahan batur
Bengkung ngariung, bongkok ngaronyok = sauyunan, ngariung babarengan
Beurat birit = hese dititah
Bali geusan ngajadi = lemah cai kalahiran
Balungbang timur = nuduhkeun hate beresih
Bobo sapanon carang sapakan = aya kakurangan
Bilatung ninggang dage = bungah pisan
Batok bulu eusi madu = ninggang lain pitempateunana
Badak cihea = degig
Bonteng ngalawan kadu = nu hengker ngalawan nu bedas
Babalik pikir = insap
Balik pepeh = nu gering teu daek cicing
Balik ka temen = asal banyol jadi pasea
Buntut kasiran = medit
Bodo alewoh = bodo tapi daek tatanya
Bodo kawas kebo = bodo kacida
Beja mah beje = beja ulah waka dipercaya
Bancang pakewuh = pikasusaheun
Budak keur meujeuhna bilatung dulang = keur meujeuhna beuki dahar
Bulu kapaut = kabawa ku batur
Balabar kawat = beja nu sumebar
Beak dengkak = sagala ikhtiar geus diusahakeun tapi can aya hasil
Batan kapok kalah gawok = batan eureun kalah maceuh
Buruk-buruk papan jati = hade goreng dulur sorangan
Cueut ka hareup = tereh maot
Deukeut-deukeut anak taleus = deukeut tapi taya nu nyahoeun
Disakompet daunkeun = disamarutkeun
Dibejer beaskeun = dijentrekeun, dieceskeun
dogdog pangrewong = acara panambah
Dibabuklalaykeun = dibabuk ngenca ngatuhu
Dagang oncom rancatan emas = teu saimbang
Dihin pinasti anyar pinanggih = papasten geus ditangtukeun ku Gusti Alloh
Dug hulu pet nyawa = usaha satekah polah
Elmu ajug = bisa mapatahan batur, ari sorangan teu bisa ngamalkeun
Gantung denge = masih dedengeeun
Ginding kekempis = ginding tapi sakuna kosong
Gede gunung pananggeuhan = boga andelan pedah boga dulur beunghar
Garo mengmengan = taya kasabaran
Galegeh gado = sagala dicaritakeun
Garo singsat = pagawean awewe dina aya ka teu panuju
Gurat batu = pageuh kana janji atawa mawa karep sorangan
Goong saba karia = nonjolkeun maneh sangkan kapake ku dunungan
Goong nabeuh maneh = ngagulkeun diri sorangan
Getas harupateun = gancang napsu
Gindi pikir belang bayah = goreng hate
Hampang birit = daekan kana gawe
Hambur congcot murah bacot = goreng carek tapi berehan
Heuras genggerong = omonganana sugal
Hade gogog hade tagog = jalma sopan
Hutang salaput hulu = hutangna ka ditu ka dieu
Hurung nangtung siang leumpang = nu beunghar pangabogana dipake
Hejo tihang = sok pundah-pindah pagawean
Harigu manukeun = dadana nyohcor ka hareup
Haripeut ku teuteureuyan = gancang kapincut ku pangbibita
Harewos bojong = ngaharewos tapi kadenge ku batur
Handap lanyap = omonganna lemes tapi ngahina
Halodo sataun lantis ku hujan sapoe = kahadean mangtaun-taun leungit ku kagorengan sakali
Heureut pakeun = kurang kaboga
Hampang leungeun = gancang tunggal-teunggeul
Iwak nangtang sujen = ngadeukeutkeun pibahayaeun
Inggis batan maut hinis = paur pisan
Jalma atah warah = teu narima didikan sacukupna
Jati kasilih ku junti = pribumi kaelehkeun ku semah
Jauh-jauh panjang gagang = jauh-jauh teu beubeunangan
Kawas anjing tutung buntut = teu daek cicing
Kawas anjing kadempet lincar = gogorowokan menta tulung
Kawas bueuk meunang mabuk = ngeluk taya tangan pangawasa atawa jempe teu nyarita
Kurung batok = tara indit-inditan jauh
Kawas beusi atah beuleum = beungeutna beureum awahing ambek
Kokolot begog = budak pipilueun ngomong kana urusan kolot
Kawas nu dipupul bayu = leuleus taya tangan pangawasa
Kumaha geletuk batuna, kecebur caina = kumaha behna
Kejot borosot = gancang nyokot kaputusan teu dipikir heula
Kabawa ku sakaba-kaba = kabawa ku nu teu puguh
Kahieuman bangkong = jiga beunghar pedah katitipan barang batur
Katempuhan buntut maung = batur nu boga dosana, urang nu katempuhanna
Kawas cai dina daun taleus = taya tapakna
Kawas jogjog mondok = teu daek repeh